Keterbatasan Produksi hingga Harga yang Mahal Jadi Penghambat Ekosistem Kendaraan Listrik

Ilustrasi kendaraan listrik. Foto: Dokumen Shell

Keterbatasan Produksi hingga Harga yang Mahal Jadi Penghambat Ekosistem Kendaraan Listrik

Media Indonesia • 6 February 2024 23:32

Jakarta: Analis energi dan Managing Director Energy Shift Institute Putra Adhiguna menuturkan lambatnya adopsi kendaraan listrik di Indonesia atau electric vehicle (EV) disebabkan beberapa hal.
 
Pertama, keterbatasan produksi dan model EV listrik di dalam negeri. Di Indonesia baru ada tiga perusahaan yang memproduksi mobil listrik dengan total kapasitas produksi sebesar 34 ribu unit per tahun di 2023.
 
Sementara, di Thailand sudah memproduksi 150.657 unit di tahun lalu.
 
Untuk model EV, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Indonesia memiliki 13 brand. Berbeda dengan Thailand yang memiliki 21 merek dengan 38 model berdasarkan data Electric Vehicle Association of Thailand (EVAT) di 2023.
 
"Realitanya pengembangan kendaraan listrik di Indonesia masih lambat karena jumlah model mobil kendaraan listrik yang terbatas, serta produksinya," kata dia dilansir Media Indonesia, Selasa, 6 Februari 2024.
 

Baca juga: 

Dorong Pertumbuhan EV, PLN Bangun Lebih dari 624 SPKLU hingga 2023

 
Untuk pemakaian motor listrik, Putra juga mengatakan masih sepi peminat. Hal ini lantaran adanya pertimbangan dari calon konsumen mengenai infrastruktur seperti pengisian daya baterai yang belum banyak dan terbatasnya jarak tempuh.
 
Di Indonesia, rata-rata jarak tempuh motor listrik terjauh sekitar 50-60 kilometer (km) sebelum baterai habis.
 
Selain itu, masalah lainnya mengenai harga kendaraan listrik yang masih mahal yakni dari kisaran Rp300 jutaan hingga Rp1 miliar lebih untuk mobil listrik di Tanah Air. 

Program pengembangan kendaraan listrik nasional berjalan lamban

Putra pun menyampaikan bila program pengembangan kendaraan listrik nasional berjalan lamban, pemerintah harus mempertimbangkan upaya jitu lainnya. Yakni, dengan fokus membangun daerah percontohan pengembangan kendaraan yang ramah lingkungan.
 
"Jadi, membuat target geografis tertentu, misalnya di beberapa kota besar untuk menjadi awal percontohan. Perkotaan lebih mudah untuk pembangunan infrastruktur EV dan jarak tempuh yang lebih terbatas," jelas dia.
 
Selain itu, pemerintah juga dapat mempertimbangkan pemberian insentif secara progresif kepada pabrikan agar fokus meningkatkan produksi kendaraan listrik.
 
"Perlu dicatat 93-98 persen pabrikan mobil dan motor indonesia tidak terlalu serius menggarap elektrifikasi, sehingga mereka pun harus didorong maju," ucap dia.

(Insi Nantika Jelita)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Annisa Ayu)