Mata uang Yuan. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 6 December 2023 15:53
Jakarta: Survei menunjukkan sebagian besar mata uang negara-negara berkembang akan diperdagangkan sedikit lebih tinggi terhadap dolar pada tahun depan karena taruhan terhadap penurunan suku bunga dari Federal Reserve AS meningkat.
Jatuhnya dolar AS bulan lalu setelah data inflasi AS yang lemah dan pernyataan dovish dari The Fed mendorong kenaikan indeks mata uang negara-negara berkembang sebesar 2,6 persen sejak awal November, sebuah tren yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan.
Namun, dengan adanya risiko, suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, investor akan tetap berhati-hati. Hal ini menyebabkan kenaikan mata uang negara-negara berkembang terhadap dolar menjadi lambat dan stabil.
Lebih dari separuh mata uang negara berkembang yang disurvei, terutama dari Asia, diperkirakan akan melanjutkan kenaikannya pada tahun depan dan beberapa diperkirakan akan menutup seluruh kerugiannya pada tahun 2023, menurut jajak pendapat Reuters terhadap 45 ahli strategi pada 1-5 Desember.
Won Korea dan Baht Thailand diperkirakan masing-masing naik sekitar 0,2 persen dan 1,3 persen. Yuan Tiongkok diperkirakan akan naik hampir dua persen dalam 12 bulan ke depan.
"Namun, dalam pandangan enam bulan, imbal hasil AS jangka pendek akan jauh lebih rendah. dan menghasilkan penurunan dolar yang jelas," kata Kepala Strategi FX di ING Chris Turner, dilansir Channel News Asia, Rabu, 6 Desember 2023.
Lira Turki dan rand Afrika Selatan yang masing-masing melemah sekitar 35 persen dan 10 persen tahun ini diperkirakan tidak akan pulih dalam waktu dekat.