Asap hitam mengepul dari pertempuran di Khartoum, Sudan, 19 April 2023. (EPA-EFE/STRINGER)
Willy Haryono • 25 June 2023 17:49
Khartoum: Bentrokan, tembakan artileri, dan serangan udara melonjak di ibu kota Sudan pada Minggu, 25 Juni 2023, menurut keteranga sejumlah saksi mata, di saat perang antara faksi militer telah membuat 2,5 juta orang mengungsi dan menyebabkan krisis kemanusiaan di pekan ke-11.
Saksi mata juga melaporkan peningkatan tajam aksi kekerasan dalam beberapa hari terakhir di Nyala, kota terbesar di wilayah Darfur barat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melontarkan kecaman pada Sabtu kemarin atas penargetan etnis dan pembunuhan orang-orang dari komunitas Masalit di El Geneina di Darfur Barat.
Khartoum, ibu kota dari Sudan, dan El Geneina, merupakan dua kota paling parah terkena dampak perang yang pecah pada 15 April antara tentara Sudan dan Pasukan Respons Cepat (RSF), meski ketegangan dan bentrokan pekan lalu meningkat di bagian lain Darfur dan di Kordofan.
Melansir dari The New Arab, Minggu, 25 Juni 2023, pertempuran telah meningkat sejak serangkaian kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan Arab Saudi di Jeddah gagal dilaksanakan. Pembicaraan ditunda pekan lalu.
Warga di tiga kota yang membentuk ibu kota yang lebih luas - Khartoum, Bahri dan Omdurman - melaporkan pertempuran sengit sejak Sabtu malam yang berlanjut hingga Minggu pagi ini.
Tentara Sudan, yang dipimpin Abdel Fattah al-Burhan, telah menggunakan serangan udara dan artileri berat untuk mencoba mengusir RSF yang dipimpin Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, dari lingkungan sekitar ibu kota.
"Sejak pagi hari di Omdurman utara kami telah melakukan serangan udara dan pengeboman artileri serta tembakan anti-pesawat RSF," kata warga berusia 47 tahun Mohamed al-Samani.
"Di mana pembicaraan Jeddah, mengapa dunia membiarkan kita mati sendirian dalam perang Burhan dan Hemedti?" tanyanya.
Di Nyala, sebuah kota yang berkembang pesat ketika orang-orang mengungsi selama konflik sebelumnya yang menyebar di Darfur setelah tahun 2003, para saksi melaporkan penurunan tajam situasi keamanan selama beberapa hari terakhir, dengan bentrokan kekerasan terjadi di lingkungan pemukiman.
Ada juga pertempuran antara tentara Sudan dan RSF minggu lalu di sekitar El Fashir, ibu kota Darfur Utara, yang menurut PBB tidak dapat diakses pekerja kemanusiaan.
Baca juga: Serangan Udara Terbaru di Sudan, 17 Warga Sipil Tewas Termasuk 5 Anak