Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 1 December 2025 14:37
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan optimisme setelah pertemuan tingkat tinggi antara pejabat AS dan delegasi Ukraina di Miami pada Minggu, 30 November 2025, dengan menyatakan bahwa ada “peluang besar” untuk mencapai kesepakatan mengakhiri perang Rusia–Ukraina.
“Pembicaraan sedang berlangsung, dan berjalan baik,” kata Trump kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One. “Saya pikir ada peluang besar kita dapat membuat kesepakatan.”
Pernyataan itu disampaikan setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menggambarkan proses dialog sebagai rapuh dan menegaskan bahwa Rusia memiliki peran sentral dalam setiap kesepakatan.
“Ini hal yang sensitif dan rumit,” ujar Rubio kepada wartawan usai pertemuan yang juga dihadiri utusan khusus Steve Witkoff dan menantu Trump, Jared Kushner. “Ada banyak unsur yang bergerak, dan jelas ada pihak lain yang harus terlibat dalam persamaan ini.”
Rubio menyebut pertemuan tersebut sebagai “sesi yang sangat produktif dan bermanfaat, di mana kemajuan tambahan telah dicapai,” namun menekankan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Ia mengatakan upaya diplomatik pemerintahan AS akan ditingkatkan pekan ini.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Witkoff akan terbang ke Moskow pada Senin untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Rubio menambahkan bahwa AS telah “berkomunikasi dalam berbagai tingkatan dengan pihak Rusia” dan mengaku memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai posisi Moskow.
Ukraina Tegaskan Target Negara Berdaulat dan Makmur
Dikutip dari CNN, Senin, 1 Desember 2025, Kepala delegasi
Ukraina, Rustem Umerov, menyebut pertemuan di Miami “produktif dan berhasil,” melanjutkan hasil positif dari pembicaraan sebelumnya di Jenewa. “Tujuan kami adalah Ukraina yang kuat dan makmur,” ujarnya. “Kami membahas semua hal penting bagi Ukraina. Dan AS sangat mendukung.”
Umerov memimpin tim Ukraina setelah pengunduran diri Andriy Yermak, kepala staf presiden yang mundur karena skandal korupsi pada Jumat lalu.
Ukraina menuntut jaminan keamanan internasional sebagai bagian dari kesepakatan damai dan menyerukan gencatan senjata berdasarkan garis depan saat ini. Kyiv menolak menyerahkan wilayah yang belum diduduki Rusia.
Namun Presiden Putin menunjukkan sedikit tanda untuk berkompromi, dengan menyatakan perang hanya akan berakhir “jika pasukan Ukraina mundur dari wilayah yang mereka kuasai.”
Rubio bertemu negosiator Ukraina di Jenewa pekan lalu, ketika revisi substansial dilakukan terhadap rancangan awal 28 poin yang dikembangkan Witkoff dan Kirill Dmitriev, kepala dana kekayaan negara Rusia serta utusan khusus Kremlin. Sekutu Eropa Ukraina menilai rancangan tersebut “terlalu menguntungkan Rusia” dan memerlukan penyempurnaan.
Pekan lalu, penasihat Putin, Yuri Ushakov, mengatakan Kremlin telah menerima versi terbaru dokumen itu. “Ini bukan dokumen resmi, tetapi kami memilikinya. Kami belum membahasnya karena poin-poin di dalamnya membutuhkan analisis dan diskusi yang sangat serius,” ujarnya.
Trump sebelumnya menyatakan ingin Ukraina menyepakati kesepakatan sebelum Kamis lalu, namun kemudian menarik batas waktu tersebut. “Tahu apa tenggat waktu saya? Saat ini berakhir,” katanya.
Perang Berlanjut di Tengah Pembicaraan Damai
Negosiasi berlangsung di tengah serangan rudal dan drone Rusia yang terus menghantam kota dan infrastruktur Ukraina. Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa dalam satu minggu terakhir Rusia telah menggunakan sekitar 1.400 drone, 1.100 bom udara terpandu, dan 66 rudal dalam serangan mereka.
Sebagai balasan, Ukraina meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi dan pertahanan Rusia menggunakan drone jarak jauh dan misil buatan dalam negeri. Ukraina juga melancarkan serangan drone maritim pada Jumat dan Sabtu yang merusak dua kapal tanker minyak berstatus sanksi di Laut Hitam.
Dalam komentar publik terbaru, mantan kepala staf angkatan bersenjata Ukraina, Valerii Zaluzhnyi, yang dipandang sebagai pesaing potensial Zelensky, menulis di The Daily Telegraph bahwa “perang tidak selalu berakhir dengan kemenangan satu pihak dan kekalahan pihak lain.”
“Kami orang Ukraina berjuang untuk kemenangan penuh, namun kami tidak dapat menolak kemungkinan akhir perang jangka panjang,” tulisnya.
Baca juga:
AS Tekan Zelensky Segera Capai Kesepakatan Damai di Tengah Skandal Korupsi