Gunungkidul, Kulon Progo, dan Bantul Rawan Bencana Alam

Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dwikorita Karnawati (kanan). Dokumentasi/Humas UGM

Gunungkidul, Kulon Progo, dan Bantul Rawan Bencana Alam

Ahmad Mustaqim • 6 December 2025 17:02

Yogyakarta: Cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi bisa berdampak bencana alam di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu indikasinya terlihat dari putusnya akses jalan di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.

Selain itu, Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progo tak luput dari ancaman bencana, khususnya tanah longsor. Wilayah lain, termasuk sebagian area di Kabupaten Bantul, juga memiliki kerentanan serupa.

"Di DIY yang rawan di Perbukitan Menoreh (Kabupaten Kulon Progo). Kemudian di perbukitan selatan di (Kabupaten) Gunungkidul, rentan longsor," kata Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dwikorita Karnawati, Sabtu, 6 Desember 2025.


 


Mitigasi dan peringatan dini akan menjadi salah satu kunci antisipasi dampak potensi bencana tersebut. BMKG di DIY bahkan sudah memberikan peringatan dini terkait perkiraan cuaca secara periodik dan telah memiliki alat yang bisa memprediksi cuaca setidaknya hingga tiga hari ke depan.

"BMKG DIY punya radar. BMKG juga memiliki matematikal model yang bisa memprediksi tiga hari ke depan seperti apa. (Pemerintah dan masyarakat) harus memonitor perkiraan cuaca dari BMKG yang selalu memberikan tiga hari lagi (apabila) akan terjadi cuaca ekstrem," kata Dwikorita.

Dwikorita mengungkapkan peringatan dini dari perkiraan cuaca harus direspons pemerintah setempat yang memiliki kawasan rawan longsor. Pemerintah setempat, kata dia, harus siaga dan menyiapkan masyarakat mengantisipasi atau menjauh dari lokasi rawan.

"Pemkab yang ada daerah rawan longsor, harus siaga, menyiapkan apakah masyarakatnya sudah siaga. Kalau ada peringatan dini hujan lebat, harus turun, tinggal di mana," ujarnya.

Ia menegaskan masyarakat yang berada di titik rawan terdampak longsor harus dievakuasi apabila ada peringatan dini cuaca ekstrem. Peringatan dini tersebut memiliki batasan waktu.

"Kalau harus menyingkir dari sana, akan di mana. Peringatan dini ada batasnya. Hutan lebat kan hanya beberapa hari. (Setelah) selesai, kembali lagi," kata mantan Rektor UGM tersebut.


Akses jalan terputusa di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Dokumentasi/Polres Bantul

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY juga telah menyiapkan serangkaian persiapan penanganan dampak bencana hidrometeorologi. Salah satu yang dipersiapkan pembuatan posko sebagai pusat koordinasi penanganan di level provinsi.

"Kami sedang dalam tahap membuat Posko di BPBD DIY untuk mengoordinasi penanganan dampak bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY, Agustinus Ruruh Haryanta dihubungi pada Senin, 17 November 2025.

Posko tersebut akan digawangi tim yang bisa segera merespon saat terjadi bencana. Tim itu berisi Tim Reaksi Cepat dan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops).

"Lewat TRC dan Posdalops akan selalu melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota. Kami mem-back up, kabupaten/kota yang menangani. Kami selalu siap siaga," kata Agustinus. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Silvana Febiari)