Ilustrasi senjata api. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 1 December 2025 21:45
Stockholm: Penjualan senjata global mencapai rekor tertinggi pada 2024, didorong percepatan modernisasi militer serta lonjakan belanja pertahanan di tengah konflik berkepanjangan dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Temuan itu dipublikasikan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dalam laporan terbarunya, Senin, 1 Desember 2025.
Dikutip dari Anadolu Agency, laporan tersebut mencatat pendapatan 100 perusahaan pertahanan terbesar dunia naik 5,9 persen sepanjang 2024 hingga menembus US$679 miliar. Capaian ini menjadi kenaikan kolektif terbesar sejak 2018.
SIPRI mengaitkan lonjakan tersebut terutama dengan perang di Ukraina dan Gaza, meningkatnya kekhawatiran keamanan regional, serta kebijakan penguatan anggaran pertahanan di sejumlah negara besar.
Perusahaan pertahanan Amerika Serikat (AS) mencatat penjualan gabungan terbesar secara global, mencapai US$334 miliar. Namun, sejumlah program utama seperti jet tempur F-35 dan kapal selam kelas Columbia masih menghadapi penundaan serta pembengkakan biaya produksi.
Di Eropa, 23 dari 26 perusahaan pertahanan mengalami peningkatan pendapatan. Total penjualan kawasan ini naik 13 persen menjadi US$151 miliar. Perusahaan asal Ceko, Czechoslovak Group, membukukan lonjakan pendapatan tertinggi di dunia, melonjak hingga 193 persen berkat kontrak suplai untuk Ukraina.
Turki kini menempatkan lima perusahaan dalam daftar 100 besar dunia setelah perusahaan MKE bergabung dengan ASELSAN, TAI, Baykar, dan Roketsan. Penjualan industri pertahanan Turki tercatat meningkat 11 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai US$10,1 miliar.
Perusahaan-perusahaan Rusia juga mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 23 persen menjadi US$31,2 miliar. Peningkatan ini didorong tingginya permintaan domestik, meskipun Rusia masih menghadapi sanksi internasional serta kekurangan tenaga kerja.
Sementara itu, kawasan Asia-Oseania justru mencatat penurunan penjualan sebesar 1,2 persen, terutama akibat turunnya permintaan senjata di Tiongkok menyusul penyelidikan korupsi di sektor pertahanan. Kendati demikian, perusahaan Jepang dan Korea Selatan mencatat pertumbuhan dua digit, dipicu oleh meningkatnya permintaan ekspor dan program persenjataan ulang.
Wilayah Timur Tengah mencatat jumlah perusahaan terbanyak sepanjang sejarah dalam daftar 100 besar dunia, dengan total sembilan perusahaan membukukan pendapatan gabungan sebesar US$31 miliar. Penjualan industri pertahanan Israel juga tercatat meningkat, meskipun negara tersebut menghadapi kritik internasional terkait perang di Gaza.
Dari Uni Emirat Arab, perusahaan milik negara EDGE Group menempati peringkat ke-37 dunia dengan pendapatan senilai US$4,7 miliar.
Baca juga: Tingkat Kriminalitas Dinilai Haruskan Polisi Tetap Pegang Senjata