Jepang. Foto: Unsplash.
Wyoming: Bank Sentral Jepang (BOJ) dapat menaikkan suku bunga secara bertahap karena meningkatnya ekspektasi inflasi. Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan kecepatan kenaikan suku bunga lebih lanjut akan sangat bergantung pada data karena BOJ akan melihat kecepatan peningkatan inflasi, pertumbuhan upah dan ekspektasi inflasi dalam normalisasi kebijakan.
Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan inflasi Jepang lebih tinggi dari 2 persen dan ekspektasi inflasi sudah mulai bergerak menuju, atau bahkan mungkin sedikit di atas target BOJ sebesar 2 persen.
"Akibatnya, BOJ menormalisasi kebijakan moneter yang sangat longgar selama beberapa dekade,” katanya dalam sebuah wawancara di sela-sela simposium ekonomi tahunan di Jepang dikutip dari
Channel News Asia, Sabtu, 24 Agustus 2024.
Dia menuturkan ada ruang untuk normalisasi lebih lanjut kebijakan moneter ke depan, dan kenaikan suku bunga kebijakan secara bertahap untuk beberapa waktu.
"Meskipun pertumbuhan ekonomi Jepang akan melambat pada 2024 akibat ekspansi yang didorong oleh stimulus fiskal tahun lalu, yang penting bagi BOJ bukan hanya aktivitas ekonomi tetapi juga inflasi," kata Gourinchas.
Tidak seperti bank sentral lain yang fokus pada pengendalian ekspektasi inflasi, BOJ harus menarik ekspektasi inflasi dari level yang terlalu rendah selama beberapa dekade.
“Apa yang BOJ coba rekayasa adalah penataan kembali ekspektasi inflasi,” kata Gourinchas.
Dia memperkirakan ketika ekspektasi inflasi tetap stabil pada tingkat baru mendekati 2 persen, BOJ akan mulai melakukan normalisasi suku bunga kebijakan. Kenaikan suku bunga BOJ yang mengejutkan pada bulan Juli dan sinyal hawkish Ueda mengejutkan pasar keuangan pada bulan Agustus, memaksa wakilnya untuk memberikan jaminan dovish bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga sampai pasar stabil.
Ueda menegaskan kembali kesiapan BOJ untuk terus menaikkan suku bunga namun tetap memperhatikan dampak ekonomi dari pasar yang masih tidak stabil.
penyebab gejolak pasar
Gourinchas mengatakan gejolak pasar baru-baru ini disebabkan oleh berbagai faktor termasuk prospek kenaikan suku bunga Jepang, dan lemahnya data pekerjaan AS yang memicu ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve yang lebih cepat dari perkiraan.
“Saya kira banyak permasalahan yang telah terselesaikan, namun kita bisa melihat episode volatilitas pasar lainnya karena pasar berada di wilayah yang belum dipetakan” dengan banyaknya bank sentral yang mulai melonggarkan kebijakannya, sementara BOJ mulai menaikkan suku bunganya," kata dia.
BOJ mengakhiri suku bunga negatif pada Maret dan menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya menjadi 0,25 persen pada bulan Juli sebagai langkah penting menuju program stimulus radikal yang telah berlangsung selama satu dekade. Gubernur BOJ Kazuo Ueda telah mengisyaratkan kesiapan banknya untuk terus menaikkan suku bunga jika inflasi berhasil mencapai target 2 persen.