Ekspor Jepang Dibantu Melemahnya Yen

Mata Uang Yen Jepang. Foto: Unsplash.

Ekspor Jepang Dibantu Melemahnya Yen

Arif Wicaksono • 21 August 2024 13:39

Tokyo: Ekspor Jepang naik sedikit lebih lambat dari perkiraan pada bulan Juli dan volume pengiriman terus mengalami penurunan. Data menunjukkan hal ini menambah keraguan terhadap prospek perekonomian yang baru saja mulai pulih.

Baca juga: Jepang Bakal Naikkan Suku Bunga Jangka Panjang


Hasil ini menyusul data terpisah pekan lalu yang menunjukkan perekonomian Jepang pulih dengan kuat pada kuartal kedua karena konsumsi yang kuat, sehingga mendukung bank sentral untuk melanjutkan kampanye pengetatan kebijakan moneternya.

Ekspor Jepang naik 10,3 persen tahun-ke-tahun di bulan Juli, naik selama delapan bulan berturut-turut. Capaian ini kurang dari perkiraan median pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 11,4 persen. Penjualan tersebut didorong oleh melemahnya yen.

 
Baca juga: Peringatan Gempa Megathrust Akan Dicabut oleh Pemerintah Jepang

Namun, secara keseluruhan volume pengiriman turun 5,2 persen pada bulan lalu dibandingkan periode tahun lalu, penurunan enam bulan berturut-turut.

Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute Takeshi Minami menjelaskan penurunan volume menunjukkan melemahnya yen menutupi pelemahan permintaan global.

"Prospek permintaan global juga masih suram karena permasalahan real estat terus membebani perekonomian Tiongkok dan pasar lapangan kerja AS yang melemah. Jika yen terus menguat, nilai ekspor Jepang juga akan melambat," ujar dia, dilansir Channel News Asia, Rabu, 21 Agustus 2024.

Ekspor ke Tiongkok, mitra dagang terbesar Jepang, naik 7,2 persen pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya karena kuatnya permintaan untuk peralatan pembuatan cip, sementara ekspor ke Amerika Serikat naik 7,3 persen.

Impor naik

Impor tumbuh 16,6 persen pada bulan Juli dibandingkan tahun sebelumnya dibandingkan kenaikan 14,9 persen yang diperkirakan oleh para ekonom.

Neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 621,8 miliar yen dibandingkan dengan perkiraan defisit sebesar 330,7 miliar yen.

Munculnya tanda-tanda pertumbuhan upah yang berkelanjutan dan ekspektasi hal ini akan membantu inflasi mencapai target Bank of Japan sebesar dua persen merupakan faktor utama di balik kenaikan suku bunga BOJ baru-baru ini.

Namun, bank sentral menghadapi tantangan seiring dengan peralihan dari kebijakan moneter yang sangat longgar selama satu dekade, termasuk tekanan pada rumah tangga akibat meningkatnya biaya hidup.

Harapan para pembuat kebijakan mesin ekspor akan membantu meningkatkan perekonomian telah dilemahkan oleh permintaan luar negeri yang tidak merata dan melemahnya pasar utama Tiongkok.

Gubernur Kazuo Ueda mengatakan BOJ akan terus menaikkan suku bunga jika perekonomian dan harga bergerak sesuai dengan proyeksinya.

Namun pemulihan yang rapuh pada tahun lalu dan pukulan terhadap konsumsi akibat melemahnya yen terus meningkatkan ketidakpastian mengenai jalur normalisasi kebijakan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)