Pasar Saham Bakal Terus Melonjak

Wall Street. Foto: Unsplash.

Pasar Saham Bakal Terus Melonjak

Arif Wicaksono • 10 March 2024 17:51

New York: Analis Fundstrat Tom Lee masih memperkirakan pasar saham akan terus melonjak ke rekor tertinggi. Lee mengatakan  ada tiga alasan untuk mengharapkan kenaikan lebih lanjut meskipun terjadi aksi ambil untung di pasar saham bahkan setelah laporan ketenagakerjaan AS pada Februari yang solid.  Hal ini termasuk hasil pendapatan yang solid, Federal Reserve (The Fed) yang akan menurunkan suku bunga akhir tahun ini, dan kurangnya perilaku risk-on dari investor.

“Ada peningkatan dalam pendapatan,"jelas dia dikutip dari Business Insider, Minggu, 10 Maret 2024.

Dia menegaskan kenaikan pendapatan perusahaan tak membuat valuasinya tidak terlihat terlalu berlebihan sehingga memberikan bahan bakar untuk kenaikan harga saham lebih lanjut. 
 

baca juga:

Jelang Akhir Pekan, Wall Street Tergelincir


“Mengenai premis risiko, yaitu apa yang harus Anda perhitungkan dalam kelipatan PE, jika The Fed mulai melakukan pemotongan dan perekonomian tangguh, PE hanya 15x,” kata Lee.

Bahkan dengan masuknya saham-saham teknologi berkapitalisasi besar, S&P 500 diperdagangkan dengan kelipatan P/E ke depan sebesar 20,7x, yang hanya sedikit di atas rata-rata lima tahun sebesar 19,0x, menurut data dari FactSet. Terakhir, Lee mengatakan bahwa investor tidak menunjukkan jenis perilaku risk-on yang sering terjadi pada puncak siklus pasar.

 “Masih ada USD6 triliun uang tunai yang tersisa. Margin utang hampir tidak berubah, berada di bawah angka pada Oktober 2023 beberapa bulan yang lalu, jadi menurut saya investor tidak terlalu mengambil risiko," tegas dia.

"Maksud saya, saya tahu pasar secara teknis berada dalam kondisi jenuh beli (overbought), namun Mark Newton, kepala Strategi Teknis kami, mengatakan Anda tidak ingin menggunakan kondisi jenuh beli (overbought) sebagai sinyal jual karena pasar yang kuat akan tetap kuat," kata Lee.

kurangnya margin utang

Dia menuturkan kurangnya margin utang yang dipegang oleh investor pada akhirnya berarti bahwa aksi jual mungkin hanya berlangsung singkat karena investor berusaha untuk membeli penurunan tersebut.

 “Ketika leverage rendah, seperti margin hutang, itu berarti investor belum lama namun kondisinya membaik, jadi itu berarti mereka harus menggunakan kemunduran ini sebagai peluang untuk mengambil posisi beli,” jelas Lee.

Lee telah memperingatkan laporan CPI Februari yang akan datang dapat memicu aksi jual jangka pendek di pasar saham hingga sebesar 7 persen. Namun pada akhirnya, dengan begitu banyak investor yang ingin mencapai puncak, Lee melihat jalur yang resistensinya paling kecil adalah lebih tinggi untuk pasar saham.

 "Hanya saja saat ini terdapat begitu banyak penelepon top sehingga saya pikir itulah sebabnya masih ada bahan bakar pada reli ini," kata Lee.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)