Harga Emas Tertekan Ekspektasi Kebijakan Ekonomi Trump

Ilustrasi. Foto: Unplash

Harga Emas Tertekan Ekspektasi Kebijakan Ekonomi Trump

Husen Miftahudin • 11 November 2024 11:45

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) pada awal sesi Asia pada hari ini bergerak turun di sekitar level USD2.680, melanjutkan tren bearish yang terbentuk sejak akhir Oktober.
 
Berdasarkan analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha, penurunan emas ini tidak lepas dari penguatan dolar AS (USD) yang dipicu oleh ekspektasi kebijakan ekonomi Presiden terpilih Donald Trump.
 
"Kebijakan yang pro-bisnis seperti tarif lebih tinggi dan pemotongan pajak diperkirakan akan menjaga suku bunga tetap tinggi dan menarik arus masuk modal asing ke dalam dolar AS," ungkap Nugraha dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 11 November 2024.
 
Menurut Nugraha, sinyal bearish pada emas telah terkonfirmasi melalui kombinasi indikator Moving Average yang menunjukkan dominasi tren turun. Harga emas diperkirakan berpotensi turun lebih lanjut hingga level support sekitar USD2.644.
 
Namun, apabila ada perlawanan di level tersebut dan terjadi rebound, target kenaikan terdekat bisa mencapai USD2.700. Ini menunjukkan adanya kemungkinan fluktuasi harga yang tajam tergantung pada sentimen pasar terhadap dolar AS dan respons investor terhadap ketidakpastian kebijakan ekonomi AS di bawah pemerintahan Trump.


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 
Penguatan dolar AS sendiri dipengaruhi oleh berbagai ekspektasi kebijakan ekonomi yang diusung oleh Trump, termasuk rencana tarif yang lebih tinggi dan pemotongan pajak. Kebijakan ini diyakini dapat mendukung suku bunga yang lebih tinggi dan memperkuat arus modal masuk ke dalam mata uang AS.
 
Kemenangan Trump telah mengangkat indeks dolar AS (DXY) hingga menyentuh level 105,00, tertinggi dalam empat bulan terakhir. Faktor ini memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas, karena emas yang dihargakan dalam dolar cenderung melemah ketika dolar AS menguat.
 
Selain itu, data ekonomi AS yang optimis, seperti Indeks Sentimen Konsumen yang naik menjadi 73,0 di November dari sebelumnya 70,5 pada Oktober, turut berkontribusi terhadap kenaikan dolar.
 
Data yang lebih baik dari perkiraan ini mencerminkan kepercayaan konsumen yang lebih tinggi, yang bisa menjadi sinyal positif bagi ekonomi AS dan mendukung penguatan dolar AS lebih lanjut.
 

Baca juga: Ini Daftar Terbaru Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri 24 di Pegadaian
 

Spekulasi kebijakan suku bunga Fed

 
Menurut Nugraha, salah satu isu utama yang turut memengaruhi harga emas adalah spekulasi mengenai kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) di bawah kepemimpinan Trump.
 
Meskipun Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi persnya enggan mengomentari kebijakan spesifik pemerintahan yang akan datang, dia menegaskan kenaikan imbal hasil obligasi AS bukan disebabkan oleh ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
 
"Pernyataan ini mengindikasikan sikap hati-hati dari The Fed, yang dapat berimbas pada penguatan dolar dalam jangka pendek dan mengurangi minat terhadap aset safe haven seperti emas," papar dia.
 
Meskipun tren bearish terlihat dominan, ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat menjadi faktor pembatas penurunan emas dalam waktu dekat.
 
Baru-baru ini, Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Herzi Halevi, menyetujui perluasan operasi militer ke Lebanon Selatan. Ketegangan geopolitik seperti ini cenderung meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
 
"Jika ketegangan ini semakin memanas, emas mungkin menemukan dukungan untuk rebound," sebut Nugraha.
 
Dengan mempertimbangkan semua faktor di atas, Nugraha mengingatkan tren bearish pada XAU/USD kemungkinan akan berlanjut selama dolar AS tetap kuat dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan Trump masih positif.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)