#OnThisDay 9 September: PON Pertama Digelar Stadion Sriwedari Solo Pada 1948

Presiden Sukarno, Muhammad Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Upacara Pembukaan PON I di Stadion Sriwedari, 9 September 1948. Arsip Nasional Republik Indonesia

#OnThisDay 9 September: PON Pertama Digelar Stadion Sriwedari Solo Pada 1948

Whisnu Mardiansyah • 9 September 2025 09:04

Jakarta: Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Surakarta pada 9-12 September 1948 simbol heroisme bangsa Indonesia di tengah situasi perang kemerdekaan. Diprakarsai oleh Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) di bawah ketua Sri Sultan Hamengkubuwono IX, even ini lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap isolasi internasional, setelah Indonesia dilarang mengikuti Olimpiade London 1948 dengan alasan belum diakui kedaulatanannya.

Surakarta dipilih sebagai tuan rumah karena dianggap strategis dan relatif aman dari serangan langsung Belanda, meskipun berada dalam kondisi darurat militer. Penyelenggaraan PON I adalah sebuah keajaiban logistik di tengah blokade ekonomi dan agresi militer. Atlet-atlet dari 13 karesidenan (setara provinsi saat ini) harus melakukan perjalanan berbahaya melintas garis demarkasi Belanda, beberapa dengan berjalan kaki atau menggunakan kereta api tua.

Mereka bertanding di Stadion Sriwedari yang kondisi lapangannya tidak memadai, dengan peralatan seadanya. Seperti mistar gawang sepak bola dibuat dari bambu, balapan lari dilakukan di trek tanah, dan atlet renang harus berebutan dengan penduduk setempat di kolam renang umum yang menjadi satu-satunya fasilitas air.
 

Baca: #OnThisDay 6 September: Wafatnya Jenderal Besar Abdul Haris Nasution

Even ini membawa pesan politik yang jelas. Indonesia mampu menyelenggarakan event nasional meski dalam keadaan perang. Pembukaan pada 9 September 1948 (yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Olahraga Nasional) Pemilihan tanggal ini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 67 Tahun 1985 yang ditandatangani Presiden Soeharto. 

Pembukaan PON I dihadiri oleh para pemimpin nasional seperti Mr Assaat dan dr Soeratin, mewakili Presiden Soekarno yang tidak dapat hadir karena situasi keamanan. Cabang olahraga yang dipertandingkan mencerminkan semangat zaman. Mulai dari atletik, renang, hingga pencak silat yang menegaskan identitas nasional.

Yang luar biasa, PON I justru menghasilkan prestasi gemilang. Atik Soedarmadji menjadi sang juara pertama dengan meraih medali emas nomor 100 meter, sementara tim sepak bola Surakarta menjadi jawara setelah mengalahkan tim-tim kuat seperti Jakarta dan Yogyakarta. Event ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga konsolidasi nasional atlet-atlet dari daerah yang terkepung Belanda bisa bertemu dan saling menguatkan semangat perjuangan.

*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)