#OnThisDay 6 September: Wafatnya Jenderal Besar Abdul Haris Nasution

Jenderal Besar AH Nasution. Metro TV

#OnThisDay 6 September: Wafatnya Jenderal Besar Abdul Haris Nasution

Whisnu Mardiansyah • 6 September 2025 11:10

Jakarta: Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution, salah satu bapak pendiri Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan tokoh kunci dalam revolusi kemerdekaan. Beliau meninggal dunia pada 6 September 2000 pukul 01.15 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, dalam usia 81 tahun.

Penyebab utama kematiannya karena komplikasi gagal jantung dan ginjal yang telah dideritanya selama beberapa tahun, setelah sebelumnya menjalani perawatan intensif akibat stroke yang dialaminya pada 1997.

Pemakaman nasional diselenggarakan dengan upacara kenegaraan penuh di Taman Makam Pahlawan Kalibata, dihadiri oleh Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur), seluruh pimpinan TNI, serta tokoh-tokoh nasional. Sesuai permintaannya, Nasution dimakamkan secara sederhana tanpa nisan besar, hanya bertuliskan "AH Nasution - Prajurit Republik" sebagai bentuk komitmennya yang rendah hati terhadap negara.
 

Baca: #OnThisDay 29 Agustus: Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat Cikal Bakal Penetapan Hari Jadi DPR RI

Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918 di Hutapungkut, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Nasution merupakan salah satu tokoh militer paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Nasution dikenal sebagai arsitek Doktrin Perang Gerilya melalui bukunya "Fundamentals of Guerrilla Warfare" yang menjadi referensi global, serta pencetus konsep Dwifungsi ABRI yang menjadi paradigma militer Indonesia selama Orde Baru.

Nasution mengawali karier militer sebagai perwira KNIL sebelum bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pada 1945. Pada masa Revolusi Kemerdekaan, ia memimpin Divisi Siliwangi dan berhasil mengonsolidasi pertahanan Jawa Barat. Dua kali menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (1949-1952 dan 1955-1962).

Nasution selamat dari percobaan pembunuhan dalam Peristiwa Cikini 1957 dan menjadi target utama dalam Kudeta G30S 1965 di mana putrinya, Ade Irma Suryani gugur dalam insiden tersebut.

*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)