Negara-Negara Eropa Coba Pulihkan Jalur Diplomasi Nuklir dengan Iran

Bendera Iran berkibar di salah satu fasilitas nuklir. (Press TV)

Negara-Negara Eropa Coba Pulihkan Jalur Diplomasi Nuklir dengan Iran

Willy Haryono • 21 July 2025 11:43

Berlin: Negara-negara Eropa berencana menggelar pembicaraan baru dengan Iran terkait program nuklirnya dalam beberapa hari mendatang. Rencana ini menjadi pertemuan pertama sejak Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran sebulan lalu, menurut seorang sumber diplomatik Jerman kepada AFP, Minggu. 20 Juli.

Inggris, Prancis, dan Jerman—kelompok yang dikenal sebagai E3—dilaporkan sedang menjalin komunikasi intensif dengan Teheran untuk menjadwalkan negosiasi berikutnya.

“E3 tengah berkoordinasi dengan Iran untuk menentukan waktu pembicaraan lanjutan yang kemungkinan berlangsung pekan ini,” ujar sumber tersebut dan dilansir The Korea Herald, Senin, 21 Juli 2025.

Sebelumnya, ketiga negara itu telah memperingatkan bahwa sanksi internasional terhadap Iran dapat diaktifkan kembali jika Teheran tidak segera kembali ke meja perundingan.

Kantor berita Iran, Tasnim, juga melaporkan bahwa pemerintah Iran telah menyetujui pembicaraan dengan ketiga negara Eropa, mengutip sumber anonim. Konsultasi masih berlangsung mengenai tanggal dan lokasi pembicaraan tersebut.

“Iran tidak boleh dibiarkan memiliki senjata nuklir,” ucap sumber Jerman tersebut.

“Itulah sebabnya Jerman, Prancis, dan Inggris terus bekerja secara intensif dalam format E3 untuk mencari solusi diplomatik yang berkelanjutan dan dapat diverifikasi terhadap program nuklir Iran,” lanjut dia.

Israel dan sejumlah negara Barat sejak lama menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir—tuduhan yang berulang kali dibantah oleh Teheran.

Pada 13 Juni lalu, Israel meluncurkan serangan mendadak ke sejumlah sasaran militer dan nuklir di Iran. Sembilan hari kemudian, pada 22 Juni, AS ikut melakukan serangan terhadap fasilitas pengayaan uranium di Fordo, Qom, serta situs nuklir di Isfahan dan Natanz.

Sebelum eskalasi tersebut, Iran dan AS telah menggelar sejumlah putaran negosiasi melalui mediator Oman. Namun keputusan Presiden AS Donald Trump untuk bergabung dalam serangan Israel terhadap Iran diyakini menjadi penanda berakhirnya jalur diplomasi tersebut.

Kesepakatan JCPOA

Negara-negara E3 terakhir kali bertemu dengan perwakilan Iran di Jenewa pada 21 Juni, sehari sebelum serangan AS dimulai.

Sementara itu, masih di hari Minggu yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan mendadak di Kremlin dengan Ali Larijani, penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran untuk urusan nuklir.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Larijani menyampaikan penilaian Iran terhadap memburuknya situasi di Timur Tengah dan program nuklir Iran. Putin, kata Peskov, menegaskan kembali posisi Rusia untuk mendorong stabilisasi kawasan serta penyelesaian politik terhadap isu nuklir Iran.

Meski dikenal sebagai sekutu dekat Iran, Rusia belum secara terbuka mendukung penuh Iran dalam konflik bersenjata dengan AS dan Israel.

Iran sebelumnya menandatangani kesepakatan nuklir penting pada 2015 yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang membatasi pengayaan nuklir sebagai imbalan atas pencabutan sanksi internasional. Namun kesepakatan itu mulai runtuh sejak AS keluar dari perjanjian pada 2018 di masa kepresidenan pertama Donald Trump.

Baca juga:  Iran Peringatkan Balasan Jika Eropa Aktifkan Penerapan Sanksi Lagi

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)