Sunardi (kiri) bersama anaknya, NSR. Metrotvnews.com/ Daviq Umar Al Faruq
Daviq Umar Al Faruq • 4 October 2025 13:03
Malang: Senin sore, 29 September 2025, bakal menjadi hari yang tak akan pernah dilupakan Sunardi, 44, warga Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur. Pasalnya di hari itu, ia menerima kabar mengejutkan bahwa pondok pesantren tempat anaknya menimba ilmu di Sidoarjo, ambruk.
"Saya dihubungi teman katanya pondok ambruk. Ya langsung panik dan langsung ke sana," kenang Sunardi saat ditemui di kediamannya, Jumat, 3 Oktober 2025.
Anaknya, NSR, 16, adalah santri kelas X Madrasah Aliyah (MA) di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Kabar itu datang tanpa detail apa pun. Sunardi hanya tahu bahwa bangunan musala di pondok tersebut runtuh saat santri sedang salat berjemaah.
Tanpa pikir panjang, ia segera meninggalkan pekerjaannya dan meluncur menuju Sidoarjo. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi pertanyaan, bagaimana kondisi anaknya, apakah selamat, apakah masih bisa ditemukan.
Begitu tiba di lokasi, suasana yang ia temui sungguh mencekam. Sirine ambulans meraung, warga dan relawan sibuk mengevakuasi korban. Debu reruntuhan masih beterbangan, dan di antara kerumunan itu ia berusaha mencari wajah anaknya.
“Saya nyari sendiri dan akhirnya ketemu sudah ada di kampus,” ucap Sunardi dengan napas lega.
Sunardi menemukan anaknya sekitar pukul 19.00 WIB dalam kondisi luka ringan. Saat itu, NSR sudah mendapat perawatan awal dan tampak lemas. Seketika rasa panik yang menyesakkan dadanya berubah menjadi syukur yang tak terhingga.
Setelah memastikan kondisi anaknya stabil, Sunardi memutuskan untuk sementara membawa NSR pulang ke Malang agar bisa memulihkan diri. Ia juga ingin mendampingi anaknya yang masih terguncang akibat peristiwa tersebut.
Baginya, apa yang menimpa anaknya adalah ujian sekaligus pengingat. Ia yakin, jika waktunya tiba dan keadaan sudah aman, NSR akan kembali menimba ilmu di ponpes yang telah membentuk banyak hal baik dalam hidupnya.
“Harus tetap semangat, jangan takut. Anak saya harus tetap belajar di sana. Tapi ini masih menunggu informasi selanjutnya,” tegas Sunardi.
Peristiwa ambruknya pondok pesantren ini terjadi sekitar pukul 15.00 WIB pada Senin, 29 September 2025. Suara keras dari runtuhnya bangunan musala sempat membuat panik warga sekitar, bahkan banyak yang mengira terjadi gempa bumi.
Bangunan yang ambruk diketahui merupakan musala asrama santri putra yang sedang dalam tahap renovasi. Diduga, konstruksi tidak mampu menahan beban tambahan pembangunan lantai lima, sehingga runtuh secara tiba-tiba.