Kemenkes: Dokter Terbukti Asusila Terancam Dicabut Izin Praktiknya

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, saat berkunjung ke Kota Malang, Kamis 17 April 2025.

Kemenkes: Dokter Terbukti Asusila Terancam Dicabut Izin Praktiknya

Daviq Umar Al Faruq • 17 April 2025 16:28

Malang: Pemerintah menunjukkan ketegasan menyusul mencuatnya dugaan kasus pelecehan seksual yang melibatkan seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta di Kota Malang, Jawa Timur. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, menegaskan bahwa sanksi berat, termasuk pencabutan izin praktik seumur hidup, akan menanti dokter yang terbukti melakukan pelanggaran etika, terutama tindakan asusila.

"Terus terang, saya belum membaca detail kasus di Malang. Namun, prinsipnya jelas, setiap tindakan di luar konteks pelayanan dan melanggar etika, pasti akan kami tindak lanjuti dengan tegas," ujar Wamenkes Dante saat ditemui di sela-sela agendanya di Kota Malang, Kamis 17 April 2025.

Dante menekankan etika adalah fondasi utama dalam menjalankan profesi mulia seorang dokter. Perilaku menyimpang, apalagi yang menjurus pada tindakan asusila, bukan hanya mencoreng nama baik individu, tetapi juga mengkhianati sumpah profesi yang telah diucapkan di awal karier setiap dokter.

"Sumpah dokter itu jelas, untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Saya juga seorang dokter, dan kami dididik dengan etika yang kuat. Jika ada kasus asusila, ini bukan hanya masalah etika, tapi juga ranah hukum dan legalitas yang harus diproses," tegasnya.

Lebih lanjut, Dante mengungkapkan bahwa Kementerian Kesehatan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan ekstrem terhadap pelaku pelanggaran berat. Ia mencontohkan kasus serupa di masa lalu di mana Kemenkes tanpa kompromi mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dokter yang terbukti bersalah.

"Kalau STR sudah dicabut, artinya yang bersangkutan tidak akan bisa praktik kedokteran lagi seumur hidupnya. Ini adalah sanksi yang sangat tegas," tandas Dante.

Wamenkes juga menyampaikan keprihatinannya yang mendalam jika masih ada oknum di lingkungan kesehatan yang menyalahgunakan kepercayaan pasien untuk melakukan tindakan yang tidak bermoral dan melanggar etika profesi. Sebagai langkah preventif untuk mencegah terulangnya kasus serupa, Kementerian Kesehatan tengah merancang langkah-langkah penguatan sistem secara komprehensif. 

Salah satunya adalah dengan memperkuat pendidikan etika di seluruh jenjang pendidikan kedokteran. Selain itu, Kemenkes juga berencana untuk memperbaiki proses seleksi calon dokter sejak tahap awal.

Terobosan penting yang tengah diwacanakan adalah penerapan tes psikologis bagi calon mahasiswa kedokteran sebelum mereka memasuki pendidikan profesi. Tes yang rencananya menggunakan Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ini diharapkan dapat mendeteksi potensi gangguan psikologis sejak dini.

"Dengan tes MMPI ini, kita bisa mengetahui apakah calon dokter ini memiliki kecenderungan atau gangguan psikologis tertentu atau tidak," beber Dante. 

Ia mengakui bahwa selama ini belum ada mekanisme tes psikologis yang sistematis dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa kedokteran.
Langkah tegas Wamenkes ini menjadi angin segar bagi upaya penegakan etika dan profesionalisme di kalangan tenaga medis. 

Diharapkan, dengan sanksi yang berat dan upaya pencegahan yang lebih ketat, kepercayaan masyarakat terhadap profesi dokter dapat kembali pulih dan kasus-kasus serupa tidak lagi terulang.

Sebelumnya diberitakan, jagat media sosial baru-baru ini dihebohkan dengan pengakuan seorang wanita asal Bandung, Jawa Barat, Qorry Aulia Rachmah, yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta ternama di Kota Malang, Jawa Timur.

Qorry, melalui akun Instagram pribadinya, @qorryauliarachmah, memberanikan diri mengungkap dugaan pelecehan seksual yang dialaminya saat menjalani perawatan inap di rumah sakit tersebut pada akhir September 2022.

Kisah kelam Qorry ini seketika viral setelah ia membagikannya di media sosial. Dalam keterangannya, Qorry mengaku baru memiliki keberanian untuk berbicara (speak up) setelah banyaknya kasus serupa yang mencuat di berbagai platform media sosial.

"Bismillah... Karena lagi ramai soal pelecehan, aku mau speak up tentang apa yang aku alami juga di bulan September akhir 2022, yang terjadi di sebuah RS swasta di Kota Malang," tulis Qorry dalam unggahannya.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Al Abrar)