Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Rerie). Dok Medcom.id
Silvana Febiari • 7 November 2025 16:21
Yogyakarta: Nilai-nilai kemanusiaan dapat menggerakkan pihak-pihak yang berbeda latar belakang untuk bersama-sama memperjuangkan kepentingan bangsa. Hal itu ditegaskan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat memberi sambutan pada acara Bedah Buku 'Bawa Mereka Pulang' di Kampus Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat, 7 November 2025.
Buku karya Fenty Effendy itu mengangkat kisah pembebasan 10 ABK Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di kawasan konflik Mindanao, Filipina pada 2016. Lestari yang di masa itu merupakan eksekutif di Media Group merupakan bagian dari Tim Kemanusiaan Surya Paloh dalam upaya pembebasan sandera tersebut.
Hadir pada bedah buku tersebut, Fina Itriyati, Ph.D. (Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja sama, dan Alumni, Fisipol UGM), Fenty Effendy (Penulis Buku), Ahmad Baedowi (Direktur Eksekutif Yayasan Sukma), dan Prof. Dr. Mohtar Mas'oed (Guru Besar Hubungan lnternasional dan Ketua Minat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM).
Menurut Lestari, banyak pembelajaran yang bisa diambil dari peristiwa tersebut. Rerie, sapaan akrab Lestari, mengungkapkan, Tim Kemanusiaan yang dibentuk oleh
Surya Paloh itu bentuk kecil dari praktik kerja sama
three sector collaborator (Yayasan Sukma/institusi pendidikan, Partai NasDem/partai politik, dan Media Group/swasta).

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Rerie). Foto: Dok. NasDem.
Dalam upaya pembebasan sandera itu, ungkap Rerie, melibatkan institusi pendidikan sebagai salah satu sarana negosiasi. Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI menegaskan, apa yang dilakukan Tim Kemanusiaan Surya Paloh untuk membebaskan 10 ABK warga negara Indonesia itu bagian dari pelaksanaan amanat konstitusi.
Upaya negosiasi untuk membebaskan para sandera itu, tambah Rerie, bagian dari upaya mewujudkan perdamaian dunia. Peristiwa tersebut, tegas anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, memberi pembelajaran bahwa peran diplomasi bisa dilakukan oleh setiap anak bangsa, tidak melulu oleh negara.