Guru Besar Sistem Cerdas untuk Krisis dan Kebencanaan UBL Arief Wibowo. Foto: Istimewa.
Jakarta: Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana. Sebab, secara geologis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, berpadu dengan iklim tropis yang ekstrem dan keragaman sosial yang tinggi.
Guru Besar Sistem Cerdas untuk Krisis dan Kebencanaan Universitas Budi Luhur (UBL) Arief Wibowo mengungkapkan bencana adalah fenomena kompleks yang tidak bisa ditangani oleh satu disiplin ilmu saja. Bahkan, teknologi canggih dan pemantauan geospasial bisa gagal jika tidak mempertimbangkan realitas sosial masyarakat yang terdampak.
"Sayangnya, dunia akademik masih terjebak dalam sekat-sekat disiplin. Masih jarang ditemukan ruang kolaboratif yang mempertemukan bahasa antara peneliti teknologi informasi dan peneliti sosial, atau antara perencana kota dan psikolog komunitas," ujar Arief dalam pidato ilmiahnya, dikutip Kamis, 12 Juni 2025.
Ia menilai perlu penguatan riset kolaboratif lintas disiplin. Ia juga memetakan beberapa persoalan kebencanaan yang mendesak dan membutuhkan pendekatan lintas keilmuan.
Ia mencontohkan disinformasi saat bencana. Ia mengatakan guna mengatasi hal ini memerlukan kerja sama antara bidang teknologi informasi dan komunikasi, serta kriminologi.
Kemudian, kerentanan ekonomi
pascabencana. Mengatasi hal ini membutuhkan analisis dari sisi ekonomi, sosial, dan data science.
"Perencanaan ulang infrastruktur dan permukiman perlu kombinasi arsitektur, teknik elektro, dan perencanaan kota," ujarnya.
Kemudian, mengatasi perilaku kriminal pascabencana bisa dipelajari lewat kriminologi, psikologi, dan sistem informasi. Masalah ketahanan komunikasi komunitas bisa didekati dari komunikasi, sosiologi, dan teknik elektro.
"Desain informasi evakuasi yang efektif melibatkan desain visual, UX, dan komunikasi risiko. Sistem prediksi dan tanggap darurat berbasis AI merupakan perpaduan TIK, geospasial, elektro, dan kebijakan publik," jelasnya.
Pengukuhan Guru Besar
Arief resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Sistem Cerdas untuk Krisis dan Kebencanaan Universitas Budi Luhur (UBL). Ini merupakan bidang strategis yang dinilai semakin krusial di tengah meningkatnya ancaman bencana alam dan krisis multidimensi di Indonesia.
Rektor Universitas Budi Luhur Agus Setyo menegaskan Arief ikut bertanggung jawab membantu menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya cerdas, melainkan berbudi luhur.
"Harapan kami pasti akan semakin meningkat, tidak akan berhenti setelah mencapai titik Profesor, namun lebih giat lagi dalam meneliti, dalam menghasilkan karya-karya yang akan datang," kata Agus.
Dengan pengukuhan ini, Universitas Budi Luhur berharap dapat memperkuat peran akademisi dalam mendukung agenda nasional dan global terkait pengurangan risiko bencana dan pembangunan berkelanjutan berbasis teknologi.