Ketua Majelis Masyayikh Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin). Istimewa.
Jakarta: Pelaksanaan Asesmen Penjaminan Mutu Pendidikan Pesantren Jenjang Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Tahap I tahun 2025 menandai babak baru dalam penguatan mutu pendidikan pesantren. Majelis Masyayikh mengembangkan pendekatan asesmen dengan menempatkan pesantren sebagai mitra dalam membangun ekosistem mutu yang berkelanjutan, bukan sekadar objek evaluasi.
Asesmen Dikdasmen tahap I yang berlangsung pada 23 Oktober–24 November 2025 ini melibatkan 38 satuan pendidikan dari tiga jenis penyelenggaraan, yakni Muadalah Salafiyah, Muadalah Mu’allimin, dan Pendidikan Diniyah Formal. Kegiatan dilakukan di 14 provinsi, termasuk Aceh, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Utara.
Pendekatan Kolaboratif dalam Asesmen
Ketua Majelis Masyayikh Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) menyampaikan asesmen difokuskan pada upaya membangun pola kolaborasi antara pesantren dan asesor. Pendekatan tersebut menekankan dialog, pendampingan, dan pembacaan mendalam terhadap kondisi riil satuan pendidikan.
"Asesmen kami arahkan sebagai ruang kolaboratif untuk memperkuat mutu pendidikan.
Pesantren didorong untuk melihat dirinya sendiri secara lebih jujur dan komprehensif. Sementara asesor hadir bukan untuk menghakimi, melainkan memberikan perspektif luar yang objektif dan berbasis standar mutu," ujar Gus Rozin dalam keterangannya, Sabtu, 15 November 2025.
Ia mengungkapkan strategi tersebut menjadi langkah penting untuk memastikan penguatan mutu tetap sejalan dengan karakter dan tradisi pesantren yang beragam.
Melalui asesmen Dikdasmen tahap I ini, Majelis Masyayikh menekankan pentingnya pemetaan kapasitas awal setiap satuan pendidikan. Pemetaan tersebut diperlukan untuk menyusun rekomendasi peningkatan mutu yang realistis dan sesuai kebutuhan.
Anggota Divisi Dikdasmen Majelis Masyayikh Abd A'la Basyir menjelaskan asesmen tidak hanya memeriksa pemenuhan standar, tetapi mengidentifikasi aspek-aspek yang memerlukan penguatan. Rangkaian asesmen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kesiapan mutu pesantren.
"Rekomendasi yang dihasilkan harus dapat menjadi panduan bagi pesantren untuk meningkatkan kapasitasnya secara bertahap dan berkelanjutan," terang A'la.
Ilustrasi Santri. Foto: Kementerian Agama.
Sejumlah pesantren yang terlibat dalam asesmen tahap pertama menilai bahwa pendekatan Majelis Masyayikh membantu mereka memahami mutu pendidikan secara lebih komprehensif. Mudir Pendidikan Salafiyah Musthafawiyah Mandailing Natal, Syamsul Bahri, misalnya, menyebut asesmen sebagai kesempatan memperluas pemahaman tentang standar pendidikan
pesantren.
"Pendekatan asesor sangat membantu. Kami merasa ditemani dalam melihat apa yang sudah berjalan baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Asesmen ini menjadi ruang belajar bersama," ujar Syamsul.
Penguatan Ekosistem Mutu Pendidikan Pesantren
Pelaksanaan Asesmen Penjaminan Mutu Tahap I diharapkan menjadi bagian dari upaya membangun ekosistem mutu pendidikan pesantren yang lebih solid. Majelis Masyayikh menegaskan proses ini tidak berhenti pada penilaian, tetapi diarahkan pada pembentukan pola peningkatan mutu yang sistematis dan berbasis tradisi.
Dengan model asesmen yang bersifat dialogis dan konsultatif, Majelis Masyayikh berharap pendidikan pesantren jenjang Dikdasmen semakin siap beradaptasi dengan kebutuhan zaman tanpa kehilangan akar tradisi keilmuannya.