Menlu Iran Abbas Araghchi. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 3 August 2025 17:10
Teheran: Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa negaranya tetap memiliki kemampuan penuh untuk melanjutkan program pengayaan uranium, dan akan memutuskan kapan serta bagaimana melanjutkannya berdasarkan perkembangan situasi ke depan. Hal ini disampaikan dalam wawancara dengan Financial Times, seperti dilaporkan oleh kantor berita IRNA, Minggu, 3 Agustus 2025.
Araghchi mengatakan bahwa teknologi pengayaan uranium tidak dapat dihapus dengan serangan bom.
“Hanya negosiasi yang dapat menghasilkan kesepakatan yang langgeng dan dapat diterima semua pihak,” ujar dia.
Iran, tambah Araghchi, secara tegas mempertahankan haknya untuk memulai kembali program pengayaan, dengan waktu dan cara yang akan ditentukan sesuai kondisi geopolitik mendatang.
Pernyataan ini muncul di tengah terhentinya pembicaraan nuklir tidak langsung antara Teheran dan Washington, yang sebelumnya dimediasi oleh Oman. Proses dialog tersebut terganggu setelah Israel melancarkan operasi militer terhadap Iran pada Juni lalu.
Menyusul serangan itu, Amerika Serikat turut menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, dengan alasan bahwa Teheran diduga tengah mengembangkan senjata nuklir.
Araghchi menegaskan bahwa jika Amerika Serikat sungguh-sungguh ingin memastikan Iran tidak membuat senjata nuklir, hal itu masih memungkinkan—namun bukan lewat kekerasan.
“Agresi militer sejauh ini tidak efektif dan hanya menutup peluang diplomasi,” kata dia.
Araghchi juga menyoroti sikap negara-negara Eropa penandatangan kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA), yang memicu mekanisme “snapback”, sebuah langkah yang menurut Iran mengakhiri peran mereka dalam negosiasi nuklir mendatang.
Dalam wawancara tersebut, Araghchi mempertanyakan motif serangan Amerika di tengah proses diplomasi.
“Mereka harus menjelaskan mengapa menyerang kami di tengah-tengah negosiasi. Mereka juga harus menjamin hal itu tidak akan terulang,” ujar dia. Araghchi menambahkan bahwa Amerika harus bertanggung jawab atas kerusakan yang telah ditimbulkan.
Meski begitu, Araghchi membuka ruang untuk dialog.
“Jalan menuju negosiasi sangat sempit, tapi belum sepenuhnya tertutup. Saya harus meyakinkan pimpinan saya bahwa jika kita kembali ke meja perundingan, pihak lain datang dengan tekad nyata untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan,” pungkas dia.
Baca juga: Iran Tegaskan Tetap Lanjutkan Pengayaan Uranium Meski Fasilitas Nuklir Rusak