Menlu Iran Abbas Araghchi. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 22 July 2025 09:19
Teheran: Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa Teheran tidak akan menghentikan program pengayaan uranium, meski fasilitas nuklir Iran mengalami kerusakan serius akibat diserang Israel dan Amerika Serikat bulan lalu.
Dalam wawancara dengan Fox News, Araghchi menyebut pengayaan uranium sebagai “prestasi ilmuwan Iran” dan kini menjadi simbol kebanggaan nasional.
“Program (pengayaan) memang terhenti karena kerusakan yang sangat parah. Tapi jelas kami tidak bisa menyerah begitu saja. Ini adalah hasil kerja keras ilmuwan kami, dan sekarang lebih dari itu, ini menyangkut harga diri bangsa,” ujar Araghchi dalam program “Special Report with Bret Baier” pada Senin, 21 Juli.
Sebelum pecahnya perang Israel–Iran pada 13 Juni lalu, Iran dan Amerika Serikat telah menyelesaikan lima putaran negosiasi nuklir dengan mediasi Oman. Namun, kedua pihak gagal mencapai kesepakatan soal batas pengayaan uranium yang dapat diterima.
Washington dan Tel Aviv menuduh Iran hampir mencapai level pengayaan yang bisa digunakan untuk membuat senjata nuklir dalam waktu singkat. Teheran membantah tudingan itu dan menyatakan program nuklirnya murni untuk tujuan sipil.
Melansir dari AsiaOne, Selasa, 22 Juli 2025, Araghchi juga mengatakan bahwa Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei berada dalam kondisi sehat, dan bahwa Iran terbuka untuk melanjutkan pembicaraan dengan AS, meski “untuk saat ini belum akan dilakukan secara langsung.”
Juni lalu, Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran. Serangan ini kemudian memicu perang udara selama 12 hari antara kedua negara, dengan Amerika Serikat juga ikut mengebom beberapa lokasi nuklir di Iran. Gencatan senjata tercapai pada akhir Juni.
Iran saat ini masih menjadi anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), sedangkan Israel tidak. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tidak memiliki “indikasi kredibel” bahwa Iran tengah menjalankan program senjata nuklir aktif dan terkoordinasi.
Israel—yang diyakini sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir—mengklaim perang mereka bertujuan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Baca juga: Iran dan Eropa Sepakat Lanjutkan Negosiasi Nuklir di Istanbul Pekan Ini