Ilustrasi harga minyak. Foto: dok ICDX
Eko Nordiansyah • 16 September 2025 08:08
Houston: Harga minyak menguat pada Senin, 15 September 2025 seiring investor menilai dampak serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap kilang Rusia dan desakan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara NATO untuk menghentikan pembelian minyak Rusia.
Dikutip dari Investing.com, Selasa, 16 September 2025, harga minyak mentah Brent berjangka ditutup naik 45 sen atau 0,67 persen ke level USD67,44 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup naik 61 sen atau 0,97 persen ke level USD63,30 per barel.
Investor menilai serangan terhadap fasilitas energi Rusia
Analis senior di Price Futures Group Phil Flynn mengatakan, serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia dan meningkatnya tekanan dari Trump terhadap pembeli minyak mentah Rusia telah mendorong harga minyak.
"Di balik layar, terdapat banyak kekhawatiran seputar minyak berat dan pasokan solar yang ketat, yang membuat pasar tetap terdukung," tambah Flynn.
Salah satu kilang minyak terbesar Rusia, di kota Kirishi di barat laut, telah menghentikan unit pemrosesan utamanya setelah serangan pesawat nirawak Ukraina pada akhir pekan, ungkap dua sumber industri pada Senin.
Kedua kontrak minyak mentah tersebut naik lebih dari satu persen minggu lalu karena Ukraina meningkatkan serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia, termasuk terminal ekspor minyak terbesar, Primorsk.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Primorsk memiliki kapasitas untuk memuat sekitar 1 juta barel minyak mentah per hari, sementara kilang Kirishi memproses sekitar 355 ribu barel minyak mentah Rusia per hari, setara dengan 6,4 persen dari total produksi negara tersebut.
Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa AS siap untuk menjatuhkan sanksi energi baru terhadap Rusia, tetapi hanya jika semua negara NATO berhenti membeli minyak Rusia dan menerapkan langkah-langkah serupa.
Sentimen permintaan minyak Tiongkok hingga suku bunga The Fed
Minyak juga mendapat sedikit dukungan dari permintaan kilang yang kuat di Tiongkok bulan lalu dan penurunan persediaan minyak mentah AS, sementara data ekonomi yang lebih lemah dari Tiongkok membebani harga, kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Investor sedang menunggu keputusan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada pertemuan 16-17 September, di mana bank tersebut diperkirakan akan melonggarkan kebijakan moneter. Biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendorong permintaan bahan bakar.
"Pasar mulai memperhitungkan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih agresif, yang akan memberikan tekanan pada dolar AS dan mendorong harga minyak," ujar Flynn.