Ilustrasi. FOTO: AFP
Angga Bratadharma • 19 July 2023 07:09
New York: Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB), setelah Tiongkok mengatakan akan bertindak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di importir minyak terbesar dunia. Kemudian didukung harapan The Fed akan berhenti menaikkan suku bunga segera.
Mengutip The Business Times, Rabu, 19 Juli 2023, minyak brent berjangka naik USD1,13, atau 1,4 persen menjadi USD79,63 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik sebanyak USD1,60 atau 2,2 persen menjadi USD75,75.
Itu memangkas premi Brent atas WTI ke level terendah sejak akhir Mei. Premi yang lebih kecil membuat kecil kemungkinan perusahaan energi akan menghabiskan uang demi mengirim kapal ke AS guna mengambil kargo mentah untuk ekspor.
Di AS, beberapa berita ekonomi selama sekitar seminggu terakhir, termasuk laporan pada Selasa yang menunjukkan penjualan ritel naik kurang dari yang diharapkan pada Juni, telah mendorong ekspektasi Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga setelah kenaikan 25 basis poin yang diharapkan secara luas pada pertemuan 25-26 Juli.
"Dengan lesunya sektor manufaktur dan inflasi menunjukkan tanda-tanda pelambatan yang menggembirakan, kenaikan suku bunga Federal Reserve Juli yang diantisipasi secara luas mungkin menjadi yang terakhir," kata Analis ING dalam sebuah catatan.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi permintaan minyak. Setelah memposting data produk domestik bruto yang lesu di awal minggu, perencana ekonomi top Tiongkok berjanji akan meluncurkan kebijakan untuk memulihkan dan memperluas konsumsi tanpa penundaan.
"Pedagang energi mengharapkan pasar minyak akan tetap ketat karena pengiriman Rusia turun dan karena Tiongkok bersiap untuk memberikan lebih banyak dukungan kepada rumah tangga," kata Analis Oanda Edward Moya.
Namun, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan kepada para pemimpin keuangan negara-negara Kelompok 20 bahwa prospek pertumbuhan jangka menengah masih lemah.