Head of Product DANA Indonesia Stevanus Fanius. Foto: Muhammad Adyatma Damardjati.
Husen Miftahudin • 26 November 2025 16:04
Jakarta: Ekspansi layanan keuangan digital untuk pengguna usia 13-17 tahun mendorong perusahaan fintech memperkuat mekanisme perlindungan data dan transaksi.
Peluncuran DANA Premini menjadi salah satu langkah terbaru industri dalam menyeimbangkan akses keuangan anak dengan standar keamanan yang semakin mendesak di tengah meningkatnya aktivitas ekonomi digital di kalangan remaja.
Head of Product DANA Indonesia Stevanus Fanius menegaskan risiko di ruang digital tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tetapi harus diminimalisasi melalui rancangan platform yang tepat.
"Satu yang mungkin kita nggak bisa lepas, risikonya akan selalu ada. Jadi arahnya adalah bagaimana kita mengoptimalisir risiko-risiko tersebut," ungkap Stevanus dalam diskusi pada peluncuran
DANA Premini di Jakarta, dikutip Rabu, 26 November 2025.
Sebagai respons terhadap risiko tersebut, DANA menambahkan serangkaian fitur kontrol berlapis pada akun anak, termasuk limit saldo, kurasi fitur transaksi, pembatasan akses, serta sistem deteksi risiko otomatis yang memberikan peringatan ketika pengguna berinteraksi dengan akun yang dicurigai. Pendekatan ini dirancang untuk mengurangi potensi penipuan digital yang banyak menyasar kelompok usia muda.
Dari perspektif industri, langkah ini mencerminkan tren yang berkembang di sektor fintech Indonesia yakni meningkatnya kebutuhan layanan keuangan ramah remaja yang tidak hanya inklusif. Tetapi juga memiliki tingkat proteksi yang sepadan dengan kerentanan penggunanya.
Meskipun inklusi keuangan nasional terus meningkat, literasi keamanan digital di kalangan remaja masih tertinggal, sehingga inovasi berbasis mitigasi risiko menjadi semakin relevan.
(Ilustrasi. Foto: Klikers)
Model kolaboratif platform dan keluarga
Peran orang tua ditempatkan sebagai pilar kedua dalam desain sistem. Melalui pantauan histori transaksi dan pengaturan akses yang dapat dikontrol dari perangkat orang tua, DANA Premini menekankan model kolaboratif antara platform dan keluarga.
"Pendekatan ini menandai pergeseran strategi fintech dari layanan individual menuju ekosistem yang melibatkan pengawasan orang tua secara aktif," jelas Stevanus.
Kemitraan dengan Ditjen Dukcapil turut memperkuat keamanan identitas melalui verifikasi data kependudukan dan validasi identitas berbasis layanan digital. Integrasi tersebut menjadi pondasi penting bagi penguatan identitas digital di Indonesia, sekaligus menambah lapisan keamanan bagi pengguna remaja dalam melakukan transaksi.
Inisiatif pengamanan ini bukan hanya upaya melindungi konsumen muda, tetapi juga menjaga kepercayaan publik terhadap keseluruhan ekosistem
ekonomi digital.
"Dalam lanskap yang semakin kompleks, keberhasilan industri fintech dipandang bergantung pada kemampuan menjaga transaksi tetap aman, transparan, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi awal pengguna ekonomi digital," terang dia. (
Muhammad Adyatma Damardjati)