PM Prancis Francois Bayrou kalah dalam mosi tidak percaya di Majelis Nasional di Paris, Selasa, 8 September 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 9 September 2025 06:54
Paris: Prancis kembali terjerumus ke dalam krisis politik baru setelah Perdana Menteri Francois Bayrou kalah dalam mosi tidak percaya di Majelis Nasional di Paris, Senin, 8 September.
Mengutip dari BBC, kekalahan dengan hasil 364 suara berbanding 194 mewajibkan Bayrou untuk mengajukan pengunduran diri kepada Presiden Emmanuel Macron pada Selasa, 9 September 2025.
Kantor kepresidenan Prancis menyebut keputusan terkait Bayrou akan diambil “dalam beberapa hari mendatang.”
Opsi yang tersedia antara lain menunjuk perdana menteri baru dari kubu tengah-kanan, beralih ke kiri dengan mencari figur yang bisa diterima Partai Sosialis, atau membubarkan parlemen untuk menggelar pemilu baru.
Para lawan politik Macron di kubu kiri jauh, France Unbowed, bahkan menyerukan agar Macron sendiri mengundurkan diri, meski para pengamat menilai hal itu kecil kemungkinan terjadi.
Dengan jatuhnya Bayrou, Prancis berpotensi memiliki perdana menteri kelima hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, sebuah catatan suram yang mencerminkan kelesuan dan kekecewaan pada masa jabatan kedua Macron.
Keputusan Bayrou untuk mempertaruhkan pemerintahannya pada debat darurat soal utang negara menjadi titik balik kejatuhannya. Ia menghabiskan musim panas memperingatkan ancaman “eksistensial” bagi Prancis jika tidak segera menangani beban utang €3,4 triliun (Rp56,6 kuadriliun).
Dalam rancangan anggaran 2026, Bayrou mengusulkan penghapusan dua hari libur nasional serta pembekuan tunjangan sosial dan pensiun demi menghemat €44 miliar. Namun, peringatan tersebut gagal meyakinkan oposisi.
Partai demi partai menjadikan pemungutan suara Senin malam sebagai kesempatan untuk menjatuhkan Bayrou, dan sekaligus Macron. Tanpa mayoritas di Majelis Nasional, kubu kiri dan kanan jauh bersatu menentangnya, dan nasib Bayrou pun tamat.
Beberapa pengamat menyebut kejatuhan Bayrou sebagai “tindakan bunuh diri politik,” mengingat tidak ada keharusan baginya untuk mengajukan pemungutan suara kepercayaan dini, dan ia sebetulnya bisa memanfaatkan waktu untuk membangun dukungan.
Baca juga: PM Bayrou Terancam Lengser, Prancis Hadapi Krisis Politik Baru