Bentrokan awal terjadi antara milisi Druze dan kelompok bersenjata Badui Arab di Suriah pada 13 Juli 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 4 August 2025 13:06
Damaskus: Bentrokan baru kembali mengguncang Suriah pada Minggu dini hari di dua titik rawan konflik, memicu kekhawatiran terhadap rapuhnya gencatan senjata dan mempertanyakan kemampuan pemerintahan transisi dalam mengendalikan seluruh wilayah negara itu.
Di wilayah utara, pasukan pro-pemerintah terlibat konfrontasi dengan pasukan pimpinan Kurdi yang menguasai sebagian besar wilayah tersebut. Sementara di provinsi selatan Sweida, mereka bentrok dengan kelompok bersenjata dari komunitas Druze.
Melansir dari NPR, Senin, 4 Agustus 2025, kekerasan ini terjadi di tengah upaya otoritas sementara Suriah untuk mempertahankan gencatan senjata yang rapuh di provinsi Sweida pascabentrok dengan faksi Druze bulan lalu.
Otorritas Suriah juga sedang berusaha menjalankan kesepakatan dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS), guna mengintegrasikan kembali wilayah timur laut ke dalam pemerintahan pusat.
Pemerintahan transisi di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa masih berjuang memperkuat kekuasaan setelah ia memimpin pemberontakan yang menggulingkan Presiden Bashar al-Assad pada Desember lalu, mengakhiri puluhan tahun kekuasaan dinasti Assad.
Namun, para oposisi politik serta kelompok etnis dan agama minoritas masih mencurigai kepemimpinan Sharaa yang dianggap bercorak Islamis dan dekat dengan kelompok militan.
Televisi pemerintah melaporkan bahwa bentrokan antara pasukan pemerintah dan milisi Druze terjadi di Sweida pada Sabtu, setelah kelompok Druze menyerang aparat keamanan Suriah dan menewaskan sedikitnya satu personel.
Saluran Alikhbaria yang dikelola negara mengutip sumber keamanan anonim yang menyebut bahwa gencatan senjata telah dilanggar. Kementerian Pertahanan belum mengeluarkan pernyataan resmi.
Sementara itu, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris menyebut bahwa selain satu anggota pasukan keamanan yang tewas, satu anggota Druze juga meninggal dan setidaknya sembilan lainnya luka-luka dalam bentrokan yang terjadi di bagian barat Sweida, tepatnya di perbukitan strategis Tal al-Hadeed yang menghadap ke provinsi tetangga, Daraa.
Media pemerintah menyebut konvoi bantuan masih memasuki kota Sweida sebagai bagian dari gencatan senjata tegang pasca bentrokan hebat antara milisi Druze dan klan Badui bersenjata yang didukung pemerintah pada Juli lalu.
Namun kondisi kemanusiaan tetap memprihatinkan, dan warga Sweida menuntut agar akses jalan ke kota dibuka sepenuhnya, menyatakan bantuan yang masuk saat ini tidak mencukupi.
Bentrok yang menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi ini dipicu ketegangan berbulan-bulan antara Damaskus dan Sweida. Pertempuran tersebut juga memunculkan serangkaian serangan sektarian terhadap minoritas Druze, yang kini makin skeptis terhadap upaya hidup berdampingan secara damai.
Milisi Druze pun membalas terhadap komunitas Badui yang mayoritas tinggal di wilayah barat Sweida, memaksa banyak dari mereka mengungsi ke provinsi Daraa.
Baca juga: Suriah Segera Gelar Pemilu Parlemen Perdana usai Tumbangnya Rezim Assad