Presiden AS Donald Trump. Foto: Anadolu Agency.
Husen Miftahudin • 29 January 2025 17:22
Jakarta: Ketika Donald Trump kembali ke Gedung Putih (menjabat Presiden Amerika Serikat), sorotan keuangan dan politik global semakin meningkat.
Tetapi pasar negara berkembang (emerging markets) tidak hanya bergantung pada kebijakan AS, menurut John Ewart dari Aubrey Capital Management.
Ewart mengatakan, negara-negara berkembang tidak tinggal diam selama dua kali masa jabatan Presiden AS yang terakhir, dengan dinamika ekonomi domestik dan intra-regional yang kuat yang terus mendorong pertumbuhan.
Asia disebut-sebut sebagai contoh ketahanan ini, dengan perdagangan intra-regional yang kini mencapai hampir 60 persen dari total perdagangan di kawasan ini.
"Perusahaan-perusahaan Tiongkok, khususnya, telah membangun kapasitas baru di luar negeri dan merakit produk akhir di tempat lain di kawasan ini untuk mengurangi dampak tarif internasional, tetapi juga untuk memenuhi permintaan regional yang terus meningkat," tulis Ewart seperti dikutip dari Investing.com, Rabu, 29 Januari 2025.
Reformasi ekonomi
Sementara itu, reformasi ekonomi India di bawah Perdana Menteri Modi telah menumbuhkan optimisme, menurut Aubrey Capital.
Terpilihnya kembali Modi pada 2024 dilaporkan telah menegaskan kembali kepercayaan investor, didukung oleh inisiatif 'Make in India', yang telah menarik investasi asing di berbagai sektor seperti IT, elektronik, dan perawatan kesehatan.
Ewart menunjuk bisnis-bisnis yang menonjol seperti Zomato di India, SEA Ltd di Singapura, dan Trip.com di Tiongkok sebagai bukti dinamisme kewirausahaan di kawasan ini.
Dia mencatat kesuksesan perusahaan-perusahaan ini lebih berasal dari kepemimpinan dan eksekusi yang kuat daripada perubahan politik global.
Sementara India diperdagangkan dengan harga premium di Indeks MSCI
negara berkembang karena imbal hasil yang kuat dan kebijakan-kebijakan yang mendukung. Sedangkan Tiongkok tetap didiskon, tetapi tidak 'murah', Ewart memperingatkan.
(Ilustrasi ekonomi global. Foto: Freepik)
Meskipun rencana stimulus baru-baru ini memicu pembelian investor, tantangan-tantangan mendasar tetap ada. Namun, ia menambahkan ketahanan konsumen Tiongkok, dengan tingkat tabungan 40 persen, dan meningkatnya permintaan akan pengalaman dan perjalanan menggarisbawahi potensi jangka panjang.
Di luar India dan Tiongkok, pasar-pasar yang digerakkan oleh teknologi di Taiwan dan Korea, serta pemerintah Afrika Selatan yang telah diremajakan, menawarkan peluang-peluang yang lebih besar lagi, menurut perusahaan ini.
Fokusnya tetap pada pertumbuhan struktural di negara berkembang daripada bereaksi terhadap gangguan geopolitik, termasuk terpilihnya kembali Trump.
"Pesan kampanye Trump memainkan ketakutan dan aspirasi para pengikutnya. Fokus kami sebagai investor tidak terlalu pada ketakutan akan berita utama politik, tetapi lebih pada aspirasi konsumen dan bisnis di wilayah negara berkembang untuk jangka panjang, peluang pertumbuhan struktural untuk 2025 dan seterusnya," papar Ewart.