Konferensi pers rencana penyelenggaraan Irwata Summit 2025. Foto: ist.
Ade Hapsari Lestarini • 21 January 2025 12:00
Jakarta: Industri blockchain, Web3, AI, dan kripto terus berkembang pesat. Valuasi global perusahaan di sektor ini pun sentuh triliunan dolar. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, di Indonesia, jumlah investor kripto mencapai 20,4 juta orang, dengan nilai transaksi mencapai ratusan triliun rupiah per tahun.
Teknologi ini menawarkan solusi transparan, inklusif, dan efisien, menjadikannya inovasi utama dalam sektor finansial. Namun demikian, perkembangan pesat ini juga menghadirkan tantangan, seperti kegagalan proyek blockchain, lemahnya regulasi, serta kerugian yang dialami masyarakat dan investor.
Oleh karena itu, model bisnis baru yang mengintegrasikan real-world assets (RWA) dengan teknologi blockchain mulai berkembang. Model ini tidak hanya mendukung bisnis dunia nyata tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang lebih inklusif.
Melirik peluang tersebut, Ketua Irwata atau Indonesia Real World Asset Tokenization Association, Muhammad Sabdo, akan menggelar Irwata Summit 2025, pada 26 Februari 2025 dengan mengangkat tema "Menciptakan Masa Depan Inklusif: Inovasi Blockchain untuk Bisnis dan Masyarakat Global".
"Ini adalah the next triliun bisnis. Latar belakangnya seperti era startup di 90-an, saat ini era kripto. Dengan menyandingkan dunia nyata dengan dunia digital. Sehingga ada bisnisnya tidak sekadar algoritma," kata Muhammad Sabdo, dalam keterangan resmi, Selasa, 21 Januari 2025.
Dia menambahkan, Irwata hadir untuk menjembatani asosiasi kripto di Indonesia dengan pemain kripto di dunia.
"Kami berharap dapat berkolaborasi dengan OJK, sehingga secara bisnis dan legal bisa dipertanggungjawabkan. Kami menghindari skema Ponzi, member get member. Ini langkah awal kerja sama dengan pemerintah Indonesia juga," tegas Sabdo.
Baca juga: Indonesia Diyakini Dapat Pimpin Pengembangan Blockchain Global |