Sejarah Palang Merah: Dari Medan Perang ke Misi Kemanusiaan Global

Simbol Palang Merah dan Bulan Sabit. (Bildagentur-online via DW News)

Sejarah Palang Merah: Dari Medan Perang ke Misi Kemanusiaan Global

Riza Aslam Khaeron • 12 June 2025 15:06

Jakarta: Pada Sabtu, 14 Juni 2025 mendatang, dunia akan memperingati Hari Donor Darah Sedunia. Hari ini menjadi momen refleksi terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keberanian para relawan, serta pentingnya solidaritas antarumat manusia.

Salah satu pilar utama dalam misi kemanusiaan global adalah Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, yang telah berdiri selama lebih dari satu setengah abad. Namun, bagaimana sebenarnya sejarah berdirinya gerakan ini? Apa latar belakang yang melatarbelakangi lahirnya Palang Merah sebagai lembaga kemanusiaan global? Berikut penelusurannya.
 

Awal Mula: Peristiwa Solferino yang Mengubah Dunia


Gambar: Lukisan Palang Merah merawat korban perang tahun 1870. (Dok. Perpustakaan Kongress Amerika Serikat)

Segalanya bermula pada 24 Juni 1859 di kota kecil Solferino, Italia Utara, ketika pertempuran sengit terjadi antara pasukan Austria melawan gabungan tentara Prancis dan Sardinia. Pertempuran ini menewaskan dan melukai sekitar 40.000 prajurit dalam satu hari.

Jean-Henri Dunant, seorang pebisnis Swiss yang sedang melakukan perjalanan bisnis, secara tidak sengaja menyaksikan penderitaan luar biasa para korban perang tersebut. Ia kemudian menunda urusan pribadinya dan mengorganisasi penduduk lokal untuk merawat para korban tanpa memandang asal negara atau seragam militer mereka.

Terdorong oleh pengalaman ini, Dunant menulis buku berjudul Un Souvenir de Solférino (Kenangan dari Solferino) yang terbit pada tahun 1862. Buku ini menyerukan pembentukan organisasi sukarelawan nasional yang dapat merawat tentara yang terluka di masa perang dan perlunya perjanjian internasional untuk melindungi mereka.
 

Pembentukan Komite dan Konvensi Jenewa Pertama

Ide Dunant mendapat sambutan dari sejumlah tokoh di Jenewa, termasuk Gustave Moynier, Louis Appia, Théodore Maunoir, dan Jenderal Guillaume-Henri Dufour. Bersama Dunant, mereka membentuk "Komite Lima" yang kemudian menjadi cikal bakal Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Pada 26–29 Oktober 1863, konferensi internasional pertama digelar di Jenewa dengan perwakilan dari 16 negara.

Hasil konferensi ini melahirkan sejumlah prinsip penting, termasuk pembentukan lembaga bantuan nasional, penggunaan simbol palang merah di latar putih sebagai lambang perlindungan, serta netralitas petugas medis dan korban luka di medan perang.

Setahun kemudian, pada 22 Agustus 1864, 12 negara menandatangani Konvensi Jenewa Pertama yang menjadi dasar hukum internasional bagi perlindungan korban perang.
 
Baca Juga:
Fakta-fakta tentang Golongan Darah
 

Perkembangan Gerakan Palang Merah Internasional

Setelah Konvensi Jenewa, gerakan ini berkembang pesat. Palang Merah nasional didirikan di berbagai negara Eropa. Pada 1868, Bulan Sabit Merah dibentuk di Kekaisaran Ottoman. Tahun 1919, pasca Perang Dunia I, dibentuklah Liga Masyarakat Palang Merah (kini IFRC) untuk menangani bencana non-konflik seperti bencana alam. IFRC kini menaungi 191 masyarakat nasional.

Palang Merah tidak hanya aktif dalam perang. Selama Perang Dunia I dan II, ICRC memainkan peran vital dalam menyampaikan pesan antar-tahanan perang, distribusi bantuan medis, dan pengawasan perlakuan terhadap para tahanan. Namun, ICRC juga menghadapi kritik, terutama atas kegagalannya dalam menanggapi Holocaust secara efektif.

Gambar: simbol kristal merah organisasi palang merah internasional, melambangkan ketidakberpihakan. (Flag Research Center)

Simbol palang merah dan bulan sabit merah telah diakui secara global sebagai tanda perlindungan dalam konflik bersenjata. Tahun 2005, simbol kristal merah ditambahkan untuk negara yang tidak menggunakan dua simbol sebelumnya. Ketiganya melambangkan prinsip dasar gerakan ini: kemanusiaan, netralitas, dan imparsialitas (ketidakberpihakan).

Kini, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional memiliki lebih dari 80 juta relawan dan staf di seluruh dunia. Melansir laman ICRC, "Setelah lebih dari 160 tahun, Gerakan ini tetap berkomitmen untuk meringankan penderitaan manusia, melampaui politik, agama, dan kebangsaan."

Dari medan berdarah Solferino hingga bantuan kemanusiaan di Gaza dan Ukraina, Palang Merah tetap berdiri sebagai suara netral di tengah konflik dan bencana. Perjalanan sejarahnya membuktikan bahwa satu tindakan empati dapat membentuk sistem global yang menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahunnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)