Jutaan warga Australia akan memilih antara Perdana Menteri Anthony Albanese dan penantang konservatif, Peter Dutton pada Sabtu, 3 Mei 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 3 May 2025 09:06
Sydney: Warga Australia mulai memberikan suara mereka pada Sabtu, 3 Mei 2025, dalam pemilihan umum yang diperebutkan dengan sengit dan dibayang-bayangi inflasi, meningkatnya biaya hidup, kecemasan iklim, dan tarif dagang dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dari kota-kota gurun hingga area pelabuhan yang disinari matahari, jutaan warga Australia akan memilih antara Perdana Menteri petahana yang condong ke kiri, Anthony Albanese dan penantang konservatifnya, Peter Dutton.
Konsensus yang hampir universal di seluruh jajak pendapat menjelang pemilu Australia adalah bahwa Partai Buruh yang berkuasa pimpinan Albanese akan memenangkan masa jabatan kedua.
"Saya tidak akan meninggalkan apa pun di lapangan selama tiga tahun ke depan jika saya terpilih kembali sebagai perdana menteri Australia," kata Albanese kepada Channel Seven pada Sabtu pagi.
"Saya berharap kita menerima pemerintahan mayoritas hari ini sehingga kita dapat membangun fondasi yang telah kita buat. Australia telah berubah,” sambungnya.
Pemungutan suara pertama dibuka pada pukul 8 pagi di pantai timur Australia, yang kemudian diikuti oleh kota-kota di bagian barat negara itu dan wilayah-wilayah kepulauan yang jauh.
Sebanyak 18,1 juta pemilih telah mendaftar untuk pemilihan umum. Lebih dari sepertiga dari mereka telah memberikan suara lebih awal, kata otoritas pemilihan umum.
Pemilihan umum bersifat wajib, diberlakukan dengan denda sebesar A$20 (S$16,70), yang menyebabkan jumlah pemilih mencapai lebih dari 90 persen.
Hasilnya dapat diketahui paling cepat pada Sabtu malam, kecuali jika hasil pemungutan suara selisihnya sangat ketat.
Albanese, 62 tahun, telah berjanji untuk menggunakan energi terbarukan, mengatasi krisis perumahan yang semakin memburuk, dan menggelontorkan uang ke dalam sistem perawatan kesehatan yang sudah mulai rusak.
Baca juga: Dihantam Tarif Trump, PM Australia Tak Akan Membalas