Filipina tangkap ratusan warga asing diduga terkait penipuan online. (Presidential Anti-Organize Crime Commission)
Marcheilla Ariesta • 9 January 2025 10:23
Manila: Sekitar 400 warga negara asing ditangkap dalam penggerebekan "skala besar" di sebuah peternakan yang diduga sebagai tempat penipuan daring di Manila. Badan imigrasi nasional Filipina mengungkapkannya pada Rabu, 8 Januari 2025.
Pihak berwenang menggerebek sebuah gedung dan menemukan para pekerja yang diduga terlibat dalam operasi penipuan daring yang menyasar korban di luar negeri.
Kekhawatiran internasional telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir atas operasi penipuan serupa di Asia. Sering kali tempat seperti itu dikelola oleh korban perdagangan manusia yang ditipu atau dipaksa untuk mempromosikan investasi mata uang kripto palsu dan penipuan lainnya.
"Operasi mereka ditemukan melanggar undang-undang imigrasi dan menimbulkan risiko yang signifikan bagi publik," kata Fortunato Manahan, kepala divisi intelijen Biro Imigrasi, dalam sebuah pernyataan yang menjelaskan penggerebekan terbaru tersebut, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 9 Januari 2025.
Presiden Ferdinand Marcos pada Juli tahun lalu mengumumkan larangan akhir tahun 2024 terhadap operator permainan daring Filipina (POGO) yang menurut Manila telah digunakan sebagai kedok oleh kelompok kejahatan terorganisasi untuk perdagangan manusia, pencucian uang, penipuan daring, penculikan, dan bahkan pembunuhan.
“Biro Imigrasi telah memantau aktivitas mirip POGO dari perusahaan yang digerebek selama beberapa waktu,” kata pernyataan itu.
Warga asing, yang sebagian besar adalah warga negara Tiongkok, sedang menjalani prosedur pemesanan. Hal ini diungkapkan juru bicara biro imigrasi Dana Sandoval.
“Mereka akan ditahan sementara sambil menunggu deportasi,” kata biro itu.
Lembaga pemikir yang berbasis di Washington, United States Institute of Peace, mengatakan dalam sebuah laporan pada Mei 2024 bahwa penipu daring menargetkan jutaan korban di seluruh dunia dan meraup pendapatan tahunan sebesar USD64 miliar.
Diperkirakan industri tersebut mempekerjakan setengah juta pekerja, termasuk 15.000 di Filipina, yang direkrut terutama melalui media sosial dan kemudian dipaksa untuk melakukan penipuan, menghadapi penyiksaan jika mereka gagal memenuhi kuota.
Baca juga: Aktor Tiongkok Jadi Korban Perdagangan Orang di Thailand