Maduro Menang Telak di Pemilu Venezuela yang Diboikot Oposisi

Presiden Venezuela Nicolas Maduro. (Anadolu Agency)

Maduro Menang Telak di Pemilu Venezuela yang Diboikot Oposisi

Willy Haryono • 26 May 2025 16:57

Caracas: Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV) yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro memenangkan 23 dari 24 posisi gubernur negara bagian dan meraih 82,68 persen suara daftar anggota Majelis Nasional dalam pemilu yang digelar Minggu 25 Mei 2025, menurut data Dewan Pemilihan Nasional (CNE). Hasil per daerah pemilihan untuk kursi legislatif belum diumumkan.

Kemenangan telak Maduro ini terjadi dalam konteks pemilu Venezuela yang diboikot oleh kelompok oposisi utama yang dipimpin tokoh populer Maria Corina Machado.

Ia menyebut pemilu kali ini sebagai "sandiwara besar" dan menyerukan pemilih untuk tidak datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Pemantauan jurnalis AFP di sejumlah kota menunjukkan tingkat partisipasi jauh lebih rendah dibanding pemilu Venezuela pada Juli 2024.

Mengutip dari Hurriyet Daily News, Senin, 26 Mei 2025, survei dari lembaga Delphos memperkirakan hanya 16 persen dari 21 juta pemilih yang menggunakan hak pilih mereka.

Selain itu, situasi menjelang pemilu ditandai dengan penangkapan lebih dari 70 orang yang dituduh berencana melakukan sabotase, termasuk tokoh oposisi Juan Pablo Guanipa yang disebut memimpin "jaringan teroris.”

Oposisi Kecam Pemilu

Machado membagikan foto-foto TPS yang kosong di media sosial dan menyerukan militer untuk "bertindak" melawan pemerintahan Maduro, seruan yang sebelumnya juga diabaikan angkatan bersenjata.

Edmundo Gonzalez Urrutia, kandidat oposisi yang diklaim menang dalam pemilu presiden lalu namun kini berada di pengasingan di Spanyol, menyebut boikot sebagai “pernyataan diam namun tegas bahwa rakyat masih menginginkan perubahan.”

Sementara itu, sejumlah warga menunjukkan kekecewaan. “Saya tidak akan memilih karena saya sudah memilih (saat pemilu presiden) dan suara kami dicuri. Ini benar-benar sandiwara,” kata Candelaria Rojas Sierra, pensiunan pegawai negeri di San Cristobal.

Namun, tidak semua warga menolak pemilu. Samadhi Romero, mahasiswa berusia 32 tahun, menyebut proses ini sebagai “partisipasi sipil yang penting” dan memberikan suaranya untuk Nicolas Maduro Guerra, putra presiden, yang kembali mencalonkan diri sebagai anggota legislatif di Caracas.

Sebuah faksi kecil oposisi yang dipimpin Henrique Capriles memilih tetap mengikuti pemilu, dengan alasan bahwa aksi boikot justru memperkuat dominasi Maduro.

Selain memilih anggota legislatif dan gubernur negara bagian, pemilu ini juga untuk pertama kalinya mencakup wilayah Essequibo, daerah kaya minyak yang secara de facto dikuasai Guyana namun diklaim oleh Caracas. Guyana telah lama mengelola wilayah tersebut, tetapi Maduro kembali melontarkan ancaman aneksasi pada hari pemilu.

Langkah ini memicu kekhawatiran internasional, seiring status Venezuela yang kian terisolasi di panggung global. Setelah pemilu presiden 2024 yang disengketakan, protes massal berujung pada 28 korban jiwa dan ratusan penangkapan.

Sementara itu, ekonomi Venezuela terus memburuk. Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump mencabut izin operasi Chevron, satu-satunya perusahaan AS yang masih mengekstraksi minyak Venezuela, serta mencabut perlindungan deportasi terhadap 350.000 migran Venezuela dan mendeportasi ratusan lainnya ke sebuah penjara keamanan tinggi di El Salvador.

Di tengah tekanan politik dan ekonomi yang semakin dalam, kemenangan Maduro dalam pemilu ini tampak mempertegas cengkeramannya atas kekuasaan meski di mata banyak warga dan dunia internasional, legitimasi kekuasaannya semakin dipertanyakan. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Presiden Venezuela Maduro Nyatakan Status Darurat Ekonomi

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)