Warga memeriksa kerusakan akibat serangan Israel di Gaza. (Anadolu Agency)
Gaza: Seorang anak perempuan Palestina berusia lima tahun selamat dari serangan udara Israel yang menghantam sekolah Fahmi Al-Jarjawi di Kota Gaza pada Senin dini hari.
Serangan Israel tersebut menewaskan 36 orang, termasuk ibu dan lima saudara kandungnya, serta menyebabkan dua anggota keluarga lainnya dalam kondisi kritis.
Ward Al-Sheikh Khalil, yang selamat dari reruntuhan yang terbakar, terlihat dalam video viral berjalan sendirian di antara puing-puing sekolah yang hangus.
“Saya takut pada api. Seluruh sekolah terbakar,” kata Ward kepada CBC News dari rumah sakit tempat ia dirawat.
Menurut keterangan tim penyelamat, termasuk paramedis dan relawan Pertahanan Sipil Palestina, Ward ditemukan hidup di bawah reruntuhan sekitar 15 hingga 30 menit setelah ledakan.
“Kami melihat kakinya bergerak, hanya itu. Dia tidak berbicara atau berteriak,” ungkap paramedis Hussein Mohsen.
Paman Ward, Ayad Al-Sheikh Khalil, mengenali keponakannya dari video yang beredar luas. “Saat saya tiba, saya menemukan jenazah keluarga saudara saya dalam keadaan hangus dan hancur,” katanya sambil menggendong Ward.
Mohsen menyebut kondisi di lokasi sangat sulit karena kekurangan alat dan perlengkapan.
“Saya harus memasukkan tiga jenazah anak dalam satu kantong mayat karena persediaan sangat terbatas,” katanya. Ia juga mengungkap banyak korban adalah perempuan dan anak-anak yang mengungsi di sekolah itu akibat perang berkepanjangan.
Israel Klaim Targetkan Militan
Melansir dari CBC News, Selasa, 27 Mei 2025, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka menyerang sekolah tersebut karena diyakini digunakan oleh militan Hamas dan Jihad Islam sebagai pusat perencanaan serangan. Namun, militer tidak memberikan bukti publik yang mendukung klaim tersebut.
Serangan itu menambah deretan kekerasan yang terus menimpa warga sipil di Gaza, yang kini menghadapi kekurangan tempat aman di tengah pengepungan total sejak Maret.
“Kami mengungsi ke selatan, mereka mengebom kami di selatan. Kami kembali ke utara, mereka mengebom kami di utara. Tidak ada tempat aman,” ujar Farah Nussair, pengungsi yang selamat, kepada Reuters.
Sementara itu, lembaga Gaza Humanitarian Foundation yang semestinya mulai menyalurkan bantuan minggu ini diguncang pengunduran diri mendadak direktur eksekutifnya, Jake Wood.
Dalam pernyataannya, Wood menyebut lembaga itu tidak mampu menjaga prinsip-prinsip dasar kemanusiaan: kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan independensi.
Israel menyatakan mendukung inisiatif distribusi bantuan yang dikelola kontraktor swasta di bawah pengawasan keamanannya, meskipun badan-badan PBB dan lembaga bantuan internasional lainnya telah memboikot program tersebut karena dianggap tidak independen.
Israel meluncurkan kampanye militer besar-besaran ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, setelah serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang di wilayah Israel.
Sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 53.000 orang tewas, sebagian besar warga sipil, dan hampir seluruh populasi Gaza mengungsi dari rumah mereka. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 38 Orang, Termasuk Anak-anak