Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta. (Anadolu Agency)
Jakarta: Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) merupakan organisasi regional yang menghimpun 10 negara di kawasan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan keamanan.
Dengan populasi mencapai 678 juta jiwa pada 2024 dan PDB gabungan sebesar USD3,9 triliun, ASEAN menjadi kawasan berpopulasi terbesar ketiga di dunia.
Negara anggota dan sejarah
ASEAN terdiri dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Singapura menempati posisi teratas dalam hal PDB per kapita dengan USD85.000 pada 2023, sementara Myanmar berada di posisi terbawah dengan USD1.200. Keberagaman sistem politik juga terlihat, mulai dari negara demokratis hingga otoriter.
Organisasi ini berdiri pada 1967 dengan lima negara pendiri yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Pada 1999, keanggotaan ASEAN lengkap dengan bergabungnya Kamboja, sementara Timor-Leste telah bergabung secara prinsip sebagai anggota ke-11.
Pencapaian dan tantangan
Dalam bidang ekonomi, ASEAN membentuk Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) yang menurunkan tarif intra-ASEAN dari 7 persen pada 1996 menjadi 0 persen, dengan prioritas pada 11 sektor integrasi seperti elektronik, otomotif, dan pariwisata.
Selain itu, ASEAN menjalin berbagai perjanjian perdagangan internasional, termasuk RCEP pada 2020 yang mencakup 30 persen populasi dunia, serta enam perjanjian perdagangan bebas dengan negara mitra.
Pada masa pandemi, ASEAN berkoordinasi dalam respons kesehatan dan ekonomi, menjaga perdagangan tetap terbuka meski dibatasi lockdown.
Meski demikian, ASEAN masih menghadapi sejumlah tantangan strategis, antara lain krisis Myanmar pasca kudeta 2021, sengketa Laut China Selatan dengan Tiongkok, kompetisi geopolitik antara Amerika Serikat dan China, serta integrasi ekonomi yang belum optimal karena perdagangan intra-ASEAN hanya mencapai 22 persen dari total perdagangan.
Posisi ASEAN
Di kancah global, ASEAN memiliki posisi penting dengan China sebagai mitra dagang utama dan Amerika Serikat di posisi kedua. Organisasi ini juga menjalin kemitraan strategis, termasuk US-ASEAN Comprehensive Strategic Partnership yang diluncurkan pada 2022.
Namun, kebijakan tarif Amerika Serikat belakangan dinilai berpotensi mengancam ekspor dari Kamboja dan Vietnam.
Kekuatan ASEAN terletak pada lokasi strategis dalam rantai pasokan global, pertumbuhan ekonomi yang stabil, serta kerja sama regional yang sudah mapan.
Namun, kelemahan juga ada, di antaranya perbedaan kepentingan antaranggota, mekanisme konsensus yang lambat, serta ketergantungan pada kekuatan eksternal.
ASEAN terus menjadi poros penting ekonomi Asia meski menghadapi tantangan internal dan tekanan geopolitik. Dengan KTT ASEAN 2025 di Kuala Lumpur, organisasi ini berupaya memperkuat peran dalam menghadapi ketidakpastian perdagangan global dan persaingan Amerika Serikat–China.
Ke depan, ASEAN diproyeksikan mampu untuk memperkuat integrasi ekonomi melalui RCEP, mendorong penyelesaian krisis Myanmar dengan pendekatan regional, serta meningkatkan kerja sama maritim demi stabilitas di Laut China Selatan. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Sekjen Kao: Visi ASEAN 2045 Harus Jadi Warisan Nyata, Bukan Sekadar Rencana