Polemik Rombel, Dedi Mulyadi Kritik Gubernur Sebelumnya Tak Prioritaskan Sektor Pendidikan

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi usai menghadiri Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri 2025, di Bandung, Kamis, 7 Agustus 2025. MI

Polemik Rombel, Dedi Mulyadi Kritik Gubernur Sebelumnya Tak Prioritaskan Sektor Pendidikan

Media Indonesia • 7 August 2025 14:19

Bandung: Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyayangkan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebelum kepemimpinannya karena minim membangun sekolah menengah atas (SMA/SMK). Akibatnya, kata Dedi, saat ini ketersediaan SMA/SMK negeri di wilayahnya masih kurang sehingga banyak siswa yang tidak terakomodasi.

Hal ini disampaikan Dedi saat dimintai tanggapannya terkait gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung atas kebijakannya yang membolehkan rombongan belajar SMA/SMK negeri hingga 50 orang per kelas.

"Pemerintah (Provinsi Jawa Barat) terdahulu tidak memprioritaskan pendidikan, tidak membangun sekolah baru," kata Dedi usai menghadiri Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri 2025, di Bandung, Kamis, 7 Agustus 2025.

Sebagai contoh, Dedi menyebut pada 2020 silam tidak ada satupun sekolah baru yang dibangun Pemerintah Provinsi Jawa Barat. "Di tahun 2020, berdasarkan data tidak satu pun sekolah dibangun," katanya.

Bahkan, lanjutnya, pada APBD Murni 2025 Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun tidak ada satu pun pembangunan sekolah. "Makanya di APBD perubahan sekarang saya geserkan ratusan miliar untuk membangun sekolah baru," kata Dedi.
 

Baca: Pemprov Jawa Barat Percaya Diri Hadapi Gugatan Sekolah Swasta di PTUN

Akibat masih minimnya ketersediaan sekolah tersebut, Dedi tidak ingin anak didik di Jawa Barat putus sekolah. "Penambahan jadi 50 orang per kelas itu untuk menyelamatkan yang putus sekolah. Yang diselamatkan 47 ribu orang," kata Dedi.

Maka dari itu, Dedi memastikan pihaknya tidak mempersoalkan adanya pihak-pihak yang menentang kebijakannya tersebut. "Hak setiap orang untuk menggugat, dengan adanya gugatan itu, saya berbahagia. Mencerminkan bahwa gubernur bekerja," katanya.

Lebih lanjut, Dedi meminta pihak-pihak yang menolak kebijakannya itu menggunakan data dan riset yang lebih jelas. Sebagai contoh, Dedi meminta apakah kebijakannya membolehkan 50 orang siswa per kelas berdampak langsung terhadap penurunan siswa di sekolah swasta.

"Apakah sekolah swasta yan mengalami pengurangan murid itu apakah akibat rekruitmen di sekolah negeri? Lihat di peta data," katanya.

Terlebih, Dedi menyayangkan pihak-pihak yang menolak kebijakannya itu karena dianggap tidak bersuara saat Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang sebelumnya tidak membangun sekolah baru.

"Yang menjadi perhatian saya, ketika dulu uang APBD tak tersampaikan ke publik secara terbuka, tidak fokus ke kepentingan publik, tidak membangun sekolah baru, ruang kelas baru, kenapa dulu pada diam? Kenapa ributnya baru sekarang," ujar Dedi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)