Ilustrasi ekonomi jeblok. Foto: Freepik.
M Ilham Ramadhan Avisena • 24 February 2025 12:43
Jakarta: Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) disebut berpotensi mengalami gangguan di tengah jalan. Itu dapat terjadi jika jabatan pimpinan lembaga anyar tersebut diisi oleh orang-orang yang sejatinya merupakan bagian dari pemerintah.
"Danantara akan sangat berpeluang untuk mengalami distorsi ditengah jalan, terutama untuk kepentingan politik dan pemerintahan di arena ekonomi, yang berpotensi mengganggu kesehatan perekonomian nasional secara keseluruhan," kata Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution/ISEAI Ronny P Sasmita melalui keterangan tertulis, Senin, 24 Februari 2025.
Dia mengatakan, semangat reformasi BUMN sejatinya dalam rangka memisahkan antara tiga hal, yakni antara negara dan pemerintah sebagai regulator, negara dan pemerintah sebagai pemilik saham (shareholder), dan BUMN sebagai entitas bisnis.
Itu merupakan tujuan didirikannya Temasek di Singapura, SASAC di Tiongkok, APE di Prancis, atau Khazanah di Malaysia, dan lainnya. Mereka tidak saja sebagai entitas berupa Sovereign Wealth Fund (SWF), tetapi juga sebagai institusi perantara dari ketiganya.
Negara sebagai regulator, kata Ronny, tidak bisa bertindak sekaligus sebagai pemilik saham, apalagi sebagai pelaku atau operator. Pasalnya hal itu akan membuat posisi negara sebagai regulator akan rancu, karena harus mengatur dirinya sendiri.
"Sehingga negara sebagai regulator harus dinetralisasi dengan institusi perantara bernama superholding dan sejenisnya. Superholding ini menjadi perwakilan negara di dalam kepemilikan saham di BUMN-BUMN," tutur dia.
| Baca juga: Gegara Danantara, Tekanan Aksi Jual Asing Bakal Masih Tinggi |
