Saham-saham melemah. Foto: MI/Susanto.
Insi Nantika Jelita • 24 February 2025 12:34
Jakarta: Di tengah ketidakpastian global, pengamat pasar modal dan founder Stocknow.id Hendra Wardana meramalkan pergerakan saham perbankan masih lesu seiring ramainya aksi jual dari investor asing.
Selama sebulan terakhir investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp8 triliun. Dari penjualan bersih Rp3,61 triliun per 24 Januari 2025 menjadi Rp11,68 triliun per 21 Februari 2025.
"Ke depan, aksi jual asing berpotensi masih terjadi, terutama jika bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menahan suku bunga tinggi lebih lama dan ketidakpastian global belum mereda," ungkap Hendra kepada Media Indonesia, dikutip Senin, 24 Februari 2025.
Selain faktor eksternal, Hendra menjelaskan tekanan terhadap saham perbankan juga dipicu oleh faktor internal. Salah satunya kondisi likuiditas pasar yang masih ketat serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Bank-bank besar di Indonesia menghadapi tantangan dalam menjaga pertumbuhan laba, karena ekspansi kredit berpotensi terhambat jika permintaan masyarakat menurun.
"Dengan kondisi ini, investor asing semakin berhati-hati dan cenderung melepas kepemilikan mereka di saham-saham perbankan blue chip," imbuh dia.
Gegara kehadiran Danantara
Di tengah tekanan pasar ini, keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) sebagai pengelola aset negara senilai Rp14.710 triliun menjadi perhatian tersendiri.
Dengan model pengelolaan yang mengacu pada Temasek Holdings Singapura,
Danantara diharapkan mampu menarik investasi, meningkatkan likuiditas pasar modal, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Jika badan ini dapat menjalankan misinya secara profesional, tidak menutup kemungkinan tekanan di pasar saham, termasuk di sektor perbankan, dapat lebih teredam.
"Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam menjaga independensi dan transparansi pengelolaan aset agar tidak rentan terhadap kepentingan politik," tuturnya.
(Logo Danantara. Foto: Danantara Indonesia)
Saham-saham bank masih alami pelemahan
Secara teknikal, beberapa saham perbankan saat ini kecenderungan masih akan mengalami pelemahan dengan menguji area support terkuatnya, seperti PT Bank Central Asia Tbk atau BBCA di level Rp8.825, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI di level Rp3.800, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI di angka Rp4.830, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI di level Rp4.100.
"Jika tekanan jual terus berlanjut dan level ini tidak mampu bertahan, maka koreksi lebih dalam berpotensi terjadi dalam waktu dekat," papar dia.
Dihubungi terpisah, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menerangkan indeks saham global MSCI terus melakukan penyesuaian pembobotan saham Indonesia. "Ini berarti investor asing semakin kurang tertarik dengan saham-saham kita," ucapnya.
Faktor internal seperti maraknya pratik korupsi, melemahnya daya beli masyarakat, pertumbuhan penerimaan pajak yang tidak sesuai harapan, dan pemangkasan anggaran negara dinilai menjadi biang keladi melemahnya kepercayaan investor.