Putri Purnama Sari • 23 October 2025 15:33
Jakarta: Indonesia kembali kehilangan salah satu maestro seni terbaiknya. Ki Anom Suroto, dalang legendaris asal Klaten, Jawa Tengah, meninggal dunia pada Kamis, 23 Oktober 2025, di RS Dr. Oen Kandangsapi, Solo, dalam usia 77 tahun.
Tak hanya dikenal karena kepiawaiannya memainkan wayang kulit, Ki Anom juga meninggalkan jejak prestasi luar biasa yang diakui di tingkat nasional dan internasional.
Berikut perjalanan karier dan deretan penghargaan yang membuatnya mendapat julukan maestro dalang di Indonesia.
Perjalanan Karier Ki Anom Suroto
Lahir pada 11 Agustus 1948 di Desa Juwiring, Klaten, Ki Anom tumbuh di lingkungan keluarga dalang. Sejak usia 12 tahun, ia sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam mendalang.
Dengan gaya khas yang memadukan unsur Solo, Yogyakarta, dan Banyumas, Ki Anom berhasil menghadirkan
pementasan wayang yang dinamis, sarat makna, dan mampu menarik perhatian lintas generasi.
Ia bukan sekadar dalang, tapi juga inovator seni yang membawa wayang ke era modern tanpa kehilangan jati dirinya.
Mendunia Lewat Wayang Kulit
Ki Anom Suroto saat mendalang, foto: Instagram @anomsuroto48
Ketenaran Ki Anom tak hanya di Indonesia. Ia telah pentas di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Spanyol, Jerman Barat, Australia, Rusia, Nepal, Thailand, Mesir, hingga Yunani. Dalam setiap pertunjukannya, ia memperkenalkan nilai-nilai luhur budaya Jawa yang dikemas dengan pesan moral universal.
Kiprahnya membuat dunia internasional menaruh perhatian besar. Bahkan, media asing pernah menyebutnya sebagai “President of Wayang Kulit”, sebuah gelar simbolis yang menunjukkan pengakuan global terhadap peran Ki Anom dalam mempromosikan budaya Indonesia di panggung dunia.
Deretan Penghargaan yang Pernah Diterima
Sebagai dalang senior yang produktif dan berdedikasi tinggi, Ki Anom Suroto menerima berbagai penghargaan prestisius selama hidupnya, seperti:
1. Upa Pradana Budaya (1992)
Diberikan oleh Gubernur Jawa Tengah sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Ki Anom dalam melestarikan dan mengembangkan
seni wayang kulit di daerahnya.
2. Satyalancana Kebudayaan (1995)
Diterima langsung dari Presiden Republik Indonesia sebagai pengakuan atas kontribusinya terhadap dunia kebudayaan nasional.
3. Dalang Kesayangan dalam Pekan Wayang Indonesia VI (1993)
Penghargaan ini diberikan kepada Ki Anom Suroto berkat kemampuannya membawakan lakon dengan gaya khas yang memikat penonton dari berbagai kalangan. Ia dinilai berhasil menjadikan pertunjukan wayang lebih dekat dengan masyarakat modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi.
4. Anugerah Lebdocarito dari Keraton Surakarta (1997)
Dianugerahkan oleh pihak Keraton Surakarta sebagai bentuk penghormatan atas kiprahnya dalam menjaga martabat seni pedalangan Jawa. Penghargaan ini juga menandai perannya sebagai dalang yang mampu menjembatani dunia keraton dan masyarakat luas melalui karya-karyanya.
Warisan yang Tak Lekang oleh Waktu
Ki Anom Suroto saat mendalang, foto: Instagram @anomsuroto48
Selain dikenal sebagai dalang legendaris, Ki Anom Suroto juga merupakan pendiri Forum Rebo Legen, sebuah wadah pembinaan bagi para dalang muda. Melalui forum ini, ia berupaya menumbuhkan generasi penerus seni pedalangan agar tradisi wayang kulit tetap lestari di tengah arus modernisasi.
Warisan terbesar Ki Anom bukan sekadar karya dan pementasan wayangnya, melainkan juga semangatnya dalam menjaga nyala budaya Jawa agar tidak padam oleh zaman.
Selain Rebo Legen, Ki Anom juga meninggalkan Kebon Seni, sebuah sanggar besar yang berlokasi di kawasan Makamhaji, Sukoharjo. Tempat ini menjadi pusat kegiatan budaya dan ruang berkumpul bagi para dalang muda untuk belajar dan berkreasi.
Di sinilah, banyak calon dalang lahir dan ditempa langsung oleh Ki Anom Suroto. Kini, setelah sang maestro berpulang, Ki Bayu Aji berkomitmen untuk menjaga agar Kebon Seni tetap hidup sebagai ruang ekspresi, pembelajaran, dan pelestarian seni pedalangan Jawa.
Penutup
Wafatnya Ki Anom Suroto menjadi kehilangan besar bagi dunia seni Indonesia. Namun, dedikasi dan prestasinya akan terus dikenang sebagai inspirasi bagi seniman muda untuk mencintai budaya bangsa.