PM Israel Benjamin Netanyahu. (AP)
Willy Haryono • 22 January 2024 14:15
Tel Aviv: Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel yang sedang memimpin perang di Gaza, menolak usulan kelompok pejuang Palestina Hamas pada Minggu, 21 Januari, untuk mengakhiri perang di wilayah Palestina yang terkepung tersebut. Penolakan dilakukan di saat perang Israel-Hamas sudah memasuki bulan keempat.
"Sebagai imbalan atas pembebasan sandera kami, Hamas menuntut diakhirinya perang, penarikan pasukan kami dari Gaza, pembebasan semua pembunuh serta pemerkosa, dan membiarkan Hamas tetap utuh," ujar Netanyahu.
"Saya langsung menolak syarat dari monster Hamas itu," sambungnya, seperti dilansir dari voanews.com, Senin, 22 Januari 2024.
Hari Minggu kemarin, Hamas membela serangan kilatnya ke Israel pada 7 Oktober dengan mengakui adanya beberapa "kesalahan" dan menyerukan diakhirinya "agresi Israel" di Gaza.
Dalam laporan publik pertamanya mengenai serangan yang mengawali perang, Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan "langkah yang diperlukan" dalam melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina, dan merupakan cara menjamin pembebasan tahanan Palestina.
Pada akhir November, dalam kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat, Qatar dan Mesir, lebih dari 100 dari sekitar 240 sandera yang ditawan di Gaza selama serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, dibebaskan dengan imbalan pembebasan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Sejak perjanjian itu berakhir, Netanyahu menghadapi tekanan yang meningkat dari dalam Israel dan dari beberapa pemimpin dunia untuk menjamin pembebasan 136 sandera yang masih disandera -- sekitar 24 di antaranya mungkin telah terbunuh.
Beberapa pemimpin dunia, kecuali Presiden AS Joe Biden, telah menyerukan gencatan senjata segera dalam pertempuran tersebut. Sekitar 1.200 warga Israel tewas dalam serangan awal, dan, menurut pejabat kesehatan Hamas, lebih dari 25.000 orang tewas di Gaza dalam serangan balasan Israel, termasuk warga sipil dan pejuang.