Israel Rencanakan Serangan Darat ke Lebanon, Diplomat Berupaya Keras Mencegah

Pasukan Israel dikabarkan dipersiapkan serangan darat ke Lebanon. Foto: Anadolu

Israel Rencanakan Serangan Darat ke Lebanon, Diplomat Berupaya Keras Mencegah

Fajar Nugraha • 26 September 2024 09:16

Tel Aviv: Pimpinan militer Israel mengatakan, kepada pasukannya pada Rabu 25 September 2024 bahwa serangan udara besar-besarannya terhadap Lebanon sedang mempersiapkan jalan bagi kemungkinan operasi darat. Sementara serangkaian diplomasi berusaha untuk mencegah perang habis-habisan.

Amerika Serikat (AS) dan Prancis berusaha untuk mencapai kesepakatan sementara untuk menghentikan permusuhan dengan tujuan untuk membuka pembicaraan yang lebih luas yang akan mencakup upaya untuk mencapai gencatan senjata yang telah lama dicari di Gaza, Presiden Siprus Nikos Christodoulides di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.

Presiden AS Joe Biden mengatakan, kepada televisi ABC bahwa perang habis-habisan mungkin terjadi, tetapi menambahkan: "Kami masih berusaha untuk mencapai penyelesaian yang secara fundamental dapat mengubah seluruh wilayah."

Israel memperluas serangan udaranya di Lebanon pada Rabu dan menteri kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya 51 orang tewas dan sedikitnya 223 orang terluka dalam serangan hari Rabu.

Israel menembak jatuh rudal yang menurut gerakan Hizbullah yang didukung Iran telah diarahkan ke markas besar badan intelijen Mossad di dekat kota terbesar Israel, Tel Aviv.

Pejabat Israel mengatakan rudal berat telah menuju ke daerah sipil di Tel Aviv, bukan Markas Besar Mossad, sebelum ditembak jatuh.

"Anda mendengar jet di atas kepala. Kami telah menyerang sepanjang hari," kata Jenderal Herzi Halevi kepada pasukan Israel di perbatasan dengan Lebanon, menurut pernyataan militer, seperti dikutip AFP, Kamis 26 September 2024.

"Ini untuk mempersiapkan jalan bagi kemungkinan masuknya Anda dan untuk terus merendahkan Hizbullah,” ujar Halevi.

Para pemimpin dunia menyatakan kekhawatiran bahwa konflik - yang terjadi bersamaan dengan perang Israel di Gaza melawan Hamas, gerakan militan Palestina yang didukung oleh Iran - meningkat dengan cepat karena jumlah korban tewas di Lebanon meningkat dan ribuan orang meninggalkan rumah mereka.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Washington dan sekutunya bekerja tanpa lelah untuk menghindari perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah, yang mengatakan tidak akan mundur sampai perang Gaza berakhir.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia akan mengirim menteri luar negerinya ke Lebanon minggu ini sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan pecahnya perang.

"Tidak boleh ada perang di Lebanon," katanya dalam pidatonya pada hari Rabu di pertemuan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang beranggotakan 193 orang.

Gencatan senjata

Tiga sumber Israel mengatakan belum ada kemajuan signifikan yang dicapai dalam upaya Prancis-AS.

"Risiko eskalasi di kawasan itu akut. Jawaban terbaik adalah diplomasi, dan upaya terkoordinasi kita sangat penting untuk mencegah eskalasi lebih lanjut," kata Blinken dalam pertemuan dengan pejabat dan menteri negara-negara Teluk Arab di New York.

Serangan udara Israel minggu ini telah menargetkan para pemimpin Hizbullah dan menghantam ratusan lokasi di dalam Lebanon, tempat ratusan ribu orang telah mengungsi dari wilayah perbatasan, sementara kelompok itu telah menembakkan rentetan roket ke Israel.

Pada Rabu, Israel mengatakan pesawat tempurnya menghantam Lebanon selatan dan Lembah Bekaa, benteng Hizbullah di utara, dan bahwa mereka memanggil dua brigade cadangan lagi untuk operasi di perbatasan utara Israel.

Dalam pesan video yang tidak mengomentari upaya diplomatik untuk mengamankan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Hizbullah sedang diserang lebih keras daripada yang pernah dibayangkannya.

Israel telah memprioritaskan pengamanan perbatasan utaranya dan mengizinkan kembalinya sekitar 70.000 penduduk yang mengungsi akibat baku tembak hampir setiap hari sejak perang meletus pada Oktober antara Israel dan Hamas di Gaza di perbatasan selatan Israel.

Rumah sakit-rumah sakit Lebanon telah dipenuhi oleh mereka yang terluka sejak Senin, ketika pengeboman Israel menewaskan lebih dari 550 orang di Lebanon yang merupakan hari paling mematikan sejak perang saudara berakhir pada tahun 1990.

Hizbullah mengatakan telah mengarahkan rudal ke markas besar Mossad "untuk mendukung rakyat Palestina yang teguh di Jalur Gaza dan untuk membela Lebanon dan rakyatnya". Hizbullah menyalahkan Mossad atas pembunuhan para pemimpinnya.

Hizbullah juga menuduh badan intelijen tersebut memasang bom pada pager dan radio anggota Hizbullah yang meledak minggu lalu, menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 orang.

Israel tidak membenarkan atau membantah keterlibatan dalam serangan-serangan tersebut. Perlawanan Islam di Irak, kelompok militan pro-Iran, mengatakan pihaknya menargetkan kota paling selatan Israel, Eilat, dengan pesawat tanpa awak pada hari Rabu. Belum ada komentar langsung dari Israel.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)