Menkeu Ungkap Alasan Penetapan Postur RAPBN 2025

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers RAPBN 2025. Foto: Tangkapan Layar

Menkeu Ungkap Alasan Penetapan Postur RAPBN 2025

Annisa Ayu Artanti • 16 August 2024 17:48

Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan alasan di balik pemerintah menetapkan asumsi dasar ekonomi makro dan postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
 
Dia mengatakan, untuk pertumbuhan ekonomi yaitu 5,2 persen dan RAPBN 2025, pemerintah mempertimbangkan fragmentasi dan geopolitik global. Seperti diketahui angka ini ditetapkan sama seperti pertumbuhan ekonomi di APBN 2024.

"Growth di 5,2 persen, memang di situasi seperti disampaikan Pak Menko (Airlangga Hartarto) tadi akan ada momentum growth. Tapi yang tidak pasti itu adalah fragmentasi dan geopolitik yang masih akan menimbulkan disruption yang pattern-nya tidak bisa terbaca secara mudah," jelas dia saat konferensi pers RAPBN 2025, Jumat, 16 Agustus 2024.

Lalu untuk inflasi ditetapkan sebesar 2,5 persen secara tahunan (yoy). "Itu dengan konservatif melihat volatilitas yang akan terjadi tahun ini," ucap dia.
 
Baca juga: 

Pembangunan Infrastruktur Tak Jadi Prioritas Pemerintah Lagi

Penetapan nilai tukar rupiah

Sementara untuk nilai tukar rupiah, Sri Mulyani menyebutkan ditetapkan sebesar Rp16.100 per USD dalam RAPBN 2025. Padahal, saat ini rupiah sudah berada di bawah Rp16.100 per USD.

"Meskipun kita melihat sekarang sudah ada tanda kuat di bawah Rp16 ribu per USD. Tapi kita sudah membuat estimasi bersama Bank Indonesia," tutur dia.
 
Sedangkan untuk defisit sebesar 2,53 persen yang lebih tinggi daripada defisit anggaran yang dipatok pemerintah tahun ini, Sri Mulyani menjelaskan, angka itu sudah melalui perhitungan antara potensi pendapatan negara dan rencana belanja negara.


Seperti diketahui, pendapatan negara 2025 diestimasikan sebesar Rp2,996,9 triliun yang terdiri dari pajak sebesar Rp2,490,9 triliun dan PNBP sebesar Rp595,4 triliun.

Lalu belanja negara ditetapkan sebesar Rp3.613,1 triliun yang terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp2.693,2 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp919,9 triliun.

"Oleh karena itu, posturnya defisit APBN di 2025 Rp616,2 triliun atau 2,53 persen dari GDP," ujar dia.
 
Sementara untuk pembiayaan anggaran tahun depan ditetapkan sebesar Rp616,2 triliun, naik dari tahun ini yang sebesar Rp522,8 triliun.

"Postur ini didesain dengan konsultasi semoga program-program prioritas bisa diakomodasi, diwadahi. dan bisa dikerjaan di tahun pertama presiden terpilih," ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)