Gedung Mahkamah Konstitusi. Foto: Istimewa.
Media Indonesia • 7 March 2024 14:48
Jakarta: Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) memutuskan menarik kembali permohonan pengujian materiil Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (UU Pilkada). Penarikan permohonan itu disampaikan melalui surat elektronik yang dikirim pemohon melalui kuasa hukumnya pada 05.57 WIB.
“Memang benar surat tersebut dikirimkan oleh prinsipal melalui kuasa hukum tentang penarikan permohonan. Alasannya berdasarkan nasihat (panel hakim) dan memperhatikan hasil persidangan pertama, kami mempertimbangkan akan ajukan kembali sekaligus dengan pemetaan pemilu nasional nantinya,” jelas Fadli Ramadhanil selaku kuasa hukum Pemohon dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis, 7 Maret 2024.
Sebelumnya, Perludem dalam berkas permohonan Nomor 29/PUU-XXII/2024 menguji Pasal 201 ayat (7), ayat (8), dan ayat (9) UU Pilkada. Pada inti permohonannya, Perludem meminta MK memberikan pemaknaan baru dalam norma tersebut agar pemungutan suara serentak nasional pilkada dilaksanakan pada Maret 2025 dan pelantikannya paling lambat Juli 2025.
“Pentingnya mengatur kembali jadwal penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serentak, pelantikan serentak, dan hubungannya dengan penguatan sistem presidensiil dan sistem pembangunan nasional dan pembangunan daerah,” ujar Fadli Ramadhanil dalam sidang perdana pada Jumat, 23 Februari 2024.
Baca:
Segera Gugat Hasil Pilpres, Timnas AMIN Siapkan Bukti |