Ilustrasi NFT. Foto: Medcom.id
Annisa Ayu Artanti • 6 October 2023 18:57
Jakarta: Dalam beberapa tahun terakhir, NFT (Non-Fungible Tokens) telah menjadi salah satu topik paling hangat dalam dunia teknologi dan seni.
Dari karya seni digital hingga barang koleksi, NFT telah memberikan keunikan dan otentikasi pada aset digital, memberi peluang bagi seniman dan kreator untuk mendapatkan pengakuan dan penghasilan yang layak.
Namun, seperti halnya setiap tren teknologi, ada kalanya puncak popularitasnya menyurut dan memunculkan pertanyaan apakah era kejayaan NFT telah berakhir?
Menurut laporan platform kripto dappGambl berjudul "Dead NFTs: The Changing Landscape of the NFT Market," dari sekitar 73.257 koleksi NFT yang diidentifikasi, hampir 69.795 di antaranya memiliki kapitalisasi pasar nol ethereum (ETH).
Baca juga: Indonesia Diyakini Dapat Pimpin Pengembangan Blockchain Global
Artinya, sekitar 95 persen dari pemilik koleksi NFT ini melakukan investasi yang tidak memiliki nilai. Data itu juga mengindikasikan lebih dari 23 juta individu memiliki aset NFT yang tidak memiliki nilai.
CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, menjelaskan sama seperti pasar lainnya, NFT tidak lepas dari dinamika pasang surut. Fase awal penerimaan teknologi atau tren baru biasanya disertai dengan antusiasme yang tinggi, yang sering kali diikuti oleh penyesuaian dan koreksi pasar.
Meskipun telah ada penurunan aktivitas dalam beberapa bulan terakhir, hal ini tidak serta merta menandakan akhir dari NFT, melainkan fase transisi.
"Pasar NFT mengalami fluktuasi alami. Seperti halnya pasar lain, pasar NFT juga dapat mengalami siklus naik dan turun yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tren, permintaan, penawaran, sentimen, dan spekulasi. Beberapa NFT mungkin mengalami lonjakan harga sementara karena hype atau publisitas, tetapi kemudian menurun karena kurangnya minat atau dukungan jangka panjang," kata Yudho dalam keterangan tertulis, Jumat, 6 Oktober 2023.