AS Veto Resolusi Gencatan Senjata, Israel Lanjut Serang Gaza

Pasukan Israel terus melakukan serangan ke Gaza. Foto: AP

AS Veto Resolusi Gencatan Senjata, Israel Lanjut Serang Gaza

Fajar Nugraha • 21 February 2024 15:29

Gaza: Israel terus melakukan pengeboman mematikan ke Gaza. Serangan dilakukan di saat Amerika Serikat (AS) keluarkan veto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di wilayah Palestina.

 

Negara-negara besar berupaya mencari jalan keluar dari krisis ini, namun sejauh ini masih belum berhasil. Sementara upaya mediasi sejauh ini gagal menghasilkan gencatan senjata untuk menghentikan konflik.

 

Menambah kesengsaraan di Gaza, badan pangan PBB mengatakan pada Selasa bahwa mereka harus menghentikan pengiriman yang sangat dibutuhkan ke wilayah utara setelah menghadapi “kekacauan dan kekerasan” di sana – sebuah keputusan yang dikutuk oleh Hamas.

 

Program Pangan Dunia baru saja melanjutkan pengiriman pada hari Minggu tetapi mengatakan konvoinya dihadang dengan tembakan, kekerasan dan penjarahan, sementara seorang sopir truk dipukuli.

 

“Kami terkejut dengan keputusan Program Pangan Dunia yang menunda pengiriman bantuan makanan di Gaza utara, yang berarti hukuman mati dan kematian bagi tiga perempat juta orang,” kata kantor media pemerintah Hamas pada Selasa malam, seperti dikutip AFP, Rabu 21 Februari 2024.

 

Hamas juga menyerukan badan tersebut untuk segera membatalkan keputusan buruknya. “Kami menganggap PBB dan komunitas internasional bertanggung jawab,” tutur pihak Hamas.

 

Sejak dimulainya perang antara Israel dan Hamas, Gaza telah terjerumus ke dalam krisis pangan, dan bantuan dari luar sangat dibatasi.

 

PBB telah berulang kali menyuarakan peringatan atas situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, dan memperingatkan bahwa kekurangan pangan dapat menyebabkan ‘ledakan’ kematian anak-anak yang sebenarnya dapat dicegah.

 

Pertempuran tanpa henti selama lebih dari empat bulan telah meratakan sebagian besar wilayah pesisir, mendorong 2,2 juta orang ke ambang kelaparan dan membuat tiga perempat penduduk mengungsi, menurut perkiraan PBB.

 

“Kami tidak tahan lagi. Kami tidak punya tepung, kami bahkan tidak tahu ke mana harus pergi dalam cuaca dingin ini,” kata Ahmad, seorang warga kota Gaza, di mana jalanan dipenuhi puing-puing bangunan yang hancur dan sampah.

 

“Kami menuntut gencatan senjata. Kami ingin hidup,” ucap Ahmad.

 

Veto gencatan senjata

Namun di New York, Washington memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang dirancang oleh Aljazair. Resolusi itu menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan semua sandera ‘tanpa syarat’ diculik dalam serangan 7 Oktober.

 

Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield menyebut pemungutan suara tersebut “hanya angan-angan dan tidak bertanggung jawab” karena dapat menempatkan negosiasi untuk membebaskan sandera di Gaza ‘dalam bahaya’.

 

Veto tersebut memicu kritik dari negara-negara termasuk Tiongkok, Rusia, Arab Saudi dan bahkan sekutu dekat AS, Prancis dan Slovenia.

 

Hamas mengatakan veto AS sama dengan “lampu hijau bagi pendudukan untuk melakukan lebih banyak pembantaian”.

 

“Ketika kekuatan dunia melakukan pemungutan suara, serangan Israel menghantam Gaza pada Rabu pagi ketika pertempuran di lapangan terus berlangsung, menyebabkan 103 orang tewas,” menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

 

Para saksi mata melaporkan kebakaran hebat di daerah sekitar Gaza, termasuk di selatan kota utama Khan Yunis dan Rafah dekat perbatasan Mesir, tempat sekitar 1,4 juta pengungsi Palestina mencari perlindungan.

 

Kuburan

Rafah, kota terakhir di Gaza yang menghadapi invasi darat oleh pasukan darat Israel, juga merupakan pintu masuk utama pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan melalui Mesir.

 

Qatar, yang memainkan peran penting dalam upaya mediasi antara Hamas dan Israel, mengatakan pada Selasa bahwa obat-obatan yang dikirim ke Gaza berdasarkan kesepakatan yang dinegosiasikan bersama oleh Perancis telah sampai ke sandera yang ditahan oleh militan, dengan imbalan pengiriman bantuan kemanusiaan.

 

Namun secara keseluruhan, upaya negosiasi gagal mencapai gencatan senjata jangka panjang dan meskipun ada tekanan internasional, Israel bersikeras bahwa operasi darat di Rafah sangat penting untuk menghancurkan Hamas.

 

Perang dimulai ketika Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka-angka Israel.

 

“Militan Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, 130 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 30 orang diperkirakan tewas,” menurut Israel.

 

Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan sedikitnya 29.195 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut penghitungan terbaru kementerian kesehatan wilayah tersebut.

 

Para pemimpin kelompok kemanusiaan global mengatakan serangan darat dapat mengubah Rafah menjadi “kuburan”, memperingatkan konsekuensi “benar-benar tak terbayangkan” dari serangan skala penuh.

 

Israel telah mengatakan bahwa kecuali semua sandera dibebaskan pada awal Ramadhan pada 10 atau 11 Maret, Israel akan melanjutkan serangannya selama bulan suci umat Islam, termasuk di Rafah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)