Ilustrasi. Medcom.id
Siti Yona Hukmana • 3 September 2024 09:13
Jakarta: Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri kembali menangkap seorang terduga teroris di Gorontalo beberapa waktu lalu. Penangkapan ini dibenarkan juru bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar.
"Betul (ada penangkapan seorang tersangka teroris di Gorontalo)," kata Aswin saat dikonfirmasi, Selasa, 3 September 2024.
Aswin belum membeberkan kronologi penangkapan. Begitu pula jaringan yang terafiliasi dengan terduga teroris ini.
"Detailnya nanti via Humas Polri ya," ujar Aswin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, terduga teroris berinisial YLK. Dia diringkus di Desa Mongolato, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Pria itu diduga terafiliasi dengan kelompok teroris Al Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP). Dia pernah merencanakan aksi teror terhadap Bursa Efek Singapura pada 2014.
4 Teroris Ditangkap
Penangkapan di Gorontalo ini menambah jumlah terduga teroris yang diringkus Densus 88 menjadi empat orang. Sebelumnya, Densus menangkap remaja 19 tahun berinisial HOK atas kasus tindak pidana terorisme di Batu, Malang, Jawa Timu,r pada Rabu, 31 Juli 2024.
HOK hendak melakukan bom bunuh diri di dua tempat ibadah di Batu. HOK terafiliasi dengan ISIS setelah terpapar di media sosial. Dia masuk ke dalam grup Telegram berbayar yang dikelola dari luar negeri.
Meski tak pernah bertemu langsung dengan anggota grup, dia kerap mendapatkan materi seputar aksi terorisme. Bahkan, dia belajar merakit bom dari video tutorial yang dikirimkan lewat Telegram tersebut.
Selang tujuh hari, Densus 88 menangkap dua terduga teroris yang juga pendukung ISIS di Jakarta Barat pada Selasa, 6 Agustus 2024. Keduanya berinisial RJ dan AM.
Mereka sempat merakit bom sebelum ditangkap. Namun, belum diketahui pasti apakah untuk aksi sendiri atau mencari pengantin bom bunuh diri.
RJ dan AM tidak masuk dalam jaringan teror aktif. Tapi, dia aktif mengunggah narasi hingga propaganda ISIS di media sosial miliknya.
Di samping itu, meski sama-sama terpapar lewat media sosial, teroris di Batu dan Jakarta Barat dipastikan tidak berkaitan. Grup media sosial dan laman-laman atau website yang diakses terkait terorisme oleh tersangka di Batu dan Jakbar berbeda.
Namun, fenomena ini menunjukkan banyak grup-grup yang mencoba merekrut anggota teroris tanpa ketemu fisik. Hanya melalui grup-grup media sosial atau pun propaganda di internet yang mereka miliki.