Ilustrasi. Foto: MI/Atet Dwi Pramadia
M Ilham Ramadhan Avisena • 24 October 2024 12:00
Pendapatan itu dari potensi pendapatan pajak atas kasus-kasus lampau dan potensi penerimaan dari kredit karbon dalam negeri.
Dewan Penasihat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Hashim Djojohadikusumo mengaku mendapatkan laporan dari Jaksa Agung Muda bahwa ada sekitar 300 pengusaha pemilik kebun yang menjalankan bisnis dengan cara ilegal.
Cara ilegal yang dimaksud ialah pengusaha itu tak memiliki NPWP dan tak memiliki rekening bank di dalam negeri.
"Ini sudah dikasih laporan ke pak Prabowo, segera bisa dibayar Rp189 triliun dalam waktu singkat, dan waktu lebih lama tapi tahun depan bisa tambah Rp120 triliun lagi. Sehingga Rp300 triliun itu masuk ke kas negara," ujar dia dalam Dialog Ekonomi Kadin di Menara Kadin, Jakarta, dilansir Media Indonesia, Kamis, 24 Oktober 2024.
Selain itu, sumber pemasukan lain bagi APBN dalam waktu dekat ialah dari kredit karbon. Hashim mengaku ditunjuk sebagai utusan khusus presiden dalam COP 29 di Baku, Azerbaijan.
Dari kajian awal PBB, Indonesia berpotensi menawarkan kredit karbon hingga 577 juta ton.
.jpg)
Ilustrasi. Foto: MI
Harga karbon per ton capai USD10
Hashim mengasumsikan harga karbon per ton di Indonesia mencapai USD10. Dia mengatakan bakal melelang kredit karbon tersebut dalam forum tersebut. Diharapkan negara penghasil emisi berminat untuk membeli karbon dari Indonesia.
"Berarti apa, berarti itu USD5,8 miliar anggaran. Saya sudah cek dengan Tommy Djiwandono, Wakil Menteri Keuangan, maaf, keponakan saya, dia sudah konfirmasi di APBN, itu tidak dihitung. Berarti apa, kita bisa dapat tambahan Rp90 triliun kurang lebih dana baru," urai Hashim.
Selain itu, dari kajian yang dilakukan Jeff Bezos Foundation bersama PBB dan KLHK, Indonesia masih berpotensi mendapat tambahan kredit karbon untuk ditawarkan sebanyak 600 juta ton.
Dus, kata Hashim, Indonesia dapat peluang pendapatan baru lagi sebesar USD6 miliar.
"Berarti kita bisa dapat (lagi) Rp190 triliun tambahan dana untuk masuk APBN," ucap dia.
"Berarti apa, kita dari pengusaha nakal Rp190 triliun-Rp300 triliun, yang karbon kita bisa dapat Rp190 triliun, itu sudah Rp400 triliun kurang lebih dana baru," imbuh dia.