Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Metrotvnews/Roni
Jakarta: Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meluncurkan program kontroversial berupa pendidikan militer bagi remaja bermasalah. Wacana ini mencuat sejak akhir April 2025, dengan pelaksanaan tahap awal dilakukan di Purwakarta pada Kamis, 1 Mei 2025, yang melibatkan 39 peserta.
Program ini mengirim remaja ke barak militer untuk pembinaan karakter selama enam bulan, diawasi langsung oleh TNI. Namun, tidak semua anak bisa dimasukkan ke dalam program ini. Dedi secara tegas menjabarkan kriteria yang menjadi dasar seleksi. Berikut kriteria-kriteria yang telah dijabarkan.
Perilaku Kriminal Seperti Penganiayaan dan Pembunuhan
"Kriteria itu (yang dibawa ke Barak) adalah anak-anak yang sudah mengarah pada tindakan-tindakan kriminal dan orangtuanya tidak punya kesanggupan untuk mendidik," ujar Dedi Mulyadi di Rindam III Siliwangi, Bandung, Jumat, 2 Mei 2025.
Dengan kata lain, anak yang berulang kali terlibat tawuran, terindikasi sebagai anggota geng motor, atau terlibat dalam bentuk kekerasan lainnya menjadi target utama. Tujuannya, agar mereka dibina dalam lingkungan disiplin dan dijauhkan dari pengaruh negatif.
“Karena problem kenakalannya sudah akut, sampai pada tindak kriminal, dari mulai penganiayaan bahkan pembunuhan, tentunya ini tidak bisa dibiarkan,” kata Dedi melalui unggahan video di akun Instagramnya, @dedimulyadi71.
Pecandu Tawuran, Alkohol, dan Game Berlebihan
Dedi pernah menambahkan bahwa program ini juga menyasar anak-anak yang kecanduan minuman keras dan game daring seperti Mobile Legends.
"Tukang tawuran, tukang mabuk, tukang main Mobile Legends. Yang kalau malam kemudian bangunnya mau sore," ujar Dedi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 29 April 2025.
Pembangkang Orangtua dan Suka Mengancam
Dedi juga menyebut anak-anak yang kerap melawan perintah orang tua atau bahkan melakukan pengancaman terhadap keluarga mereka dapat dianggap berisiko tinggi.
"Program ini adalah salah satu terobosan, mengingat begitu luasnya dan begitu buruknya perilaku kenakalan yang terjadi pada saat ini dan begitu beratnya orang tua menghadapi mereka, karena seringkali ketika orang tua menegur, bukannya diikuti malah ada ancaman, penganiayaan, bahkan pembunuhan,” ujar Dedi melalui video akun Instagram @dedimulyadi71.
Pembinaan di barak dianggap sebagai cara untuk mengembalikan rasa hormat dan tanggung jawab terhadap keluarga.
Sering Bolos dan Buat Onar di Sekolah
"Bolos terus. Dari rumah berangkat ke sekolah. Ke sekolah enggak nyampe," ujar Dedi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 29 April 2025, sambil menyindir perilaku malas yang berujung pada pembangkangan akademik. Selain itu, anak-anak yang sering membuat keributan di lingkungan sekolah juga termasuk dalam sasaran program ini.
Disetujui Orang Tua
Meskipun memiliki kriteria ketat, Dedi menegaskan bahwa keikutsertaan dalam program ini bersifat sukarela.
"Jadi kalau orangtuanya tidak menyerahkan, kita tidak akan menerima," ujar Dedi usai kegiatan Hari Pendidikan Nasional di Rindam III Siliwangi, Jalan Menado, Kota Bandung, Jumat, 2 Mei 2025.
Mekanismenya, orang tua membawa anak ke Dinas Pendidikan dan kemudian difasilitasi untuk masuk ke barak.
Program ini tidak memaksa siapa pun. Tujuannya adalah menciptakan jalur alternatif bagi keluarga yang sudah merasa kehilangan kontrol atas anaknya, dengan harapan dapat mengubah perilaku secara lebih terstruktur dan disiplin.