Efek Stimulus Pemerintah Dongkrak Daya Beli Baru 'Terasa' di Kuartal III

Ilustrasi, pusat perbelanjaan sepi pembeli karena daya beli menurun. Foto: dok Metrotvnews.com

Efek Stimulus Pemerintah Dongkrak Daya Beli Baru 'Terasa' di Kuartal III

Naufal Zuhdi • 25 May 2025 16:16

Jakarta: Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Mohammad Faisal mengatakan dampak dari paket-paket stimulus yang akan digelontorkan pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat, baru akan terlihat di kuartal III tahun ini.

"Jadi kalau mau ke kuartal kedua, ini kan baru Juni (pemberian stimulus), sementara kuartal dua kan berakhir di Juni, jadi menurut saya ini dampaknya paling di kuartal berikutnya. Makanya pertanyaannya seberapa lama ini (stimulus) akan diberikan, itu juga menjadi sangat penting karena pelemahan daya beli ini kan bukan cuma terjadi dalam waktu singkat, tapi dalam jangka waktu durasi yang panjang," kata Faisal saat dihubungi, Minggu, 25 Mei 2025.

Di antara enam paket stimulus itu, Faisal menilai Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk pekerja bergaji di bawah Rp3,5 juta dan diskon tarif listrik 1.300 ampere ke bawah merupakan stimulus yang akan berdampak langsung terhadap penambahan income dan membantu biaya hidup.

"Lalu, yang tarif tol, ini juga membantu terutama untuk yang terutama untuk kalau dia kendaraan umum dan untuk barang, untuk yang logistik. Sementara yang lainnya itu relatif sebetulnya sudah ada sebelumnya, dan menurut saya itu akan bisa efektif untuk mendorong konsumsi sepanjang itu dilakukan secara konsisten dan dalam jangka waktu yang cukup panjang, jadi bukan hanya beberapa bulan saja," tutur Faisal.
 

Baca juga: Bantuan Subsidi Upah Pekerja Bergaji Rp3,5 Juta Bakal Cair Bulan Depan


(Ilustrasi daya beli masyarakat turun. Foto: Freepik)
 

Target pertumbuhan ekonomi 5,2% sulit tercapai


Dihubungi secara terpisah, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan melambat pada triwulan II dan III yang diakibatkan pemutusan hak kerja (PHK) dan menyebabkan permintaan barang secara agregat akan semakin melemah. 

"Untuk mencapai pertumbuhan (ekonomi) 5,2 persen tahun ini pun perlu effort lebih dari pemerintah mengingat kondisi perekonomian domestik maupun global masih cukup rentan. Konsumsi rumah tangga, yang jadi andalan, akan cukup tertekan akibat adanya kasus PHK akhir-akhir ini. Padahal, faktor domestik ini yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi yang tinggi," beber Huda.

Dirinya menilai, BSU bagi pekerja akan berdampak terbatas untuk pekerja yang bergerak di sektor formal saja, walaupun kebijakan ini mampu meningkatkan daya beli. 

"Saya melihat dampak dari BSU ini sangat terbatas terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III. Triwulan II nampaknya belum terlihat sama sekali dampak program BSU ini. Sedangkan dampak diskon barang atau jasa akan sangat terbatas karena masyarakat tidak berpergian jauh disebabkan pendapatan yang terbatas dan pengeluaran yang membengkak," papar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)