Konsumen Tiongkok Bisa Menggantikan Konsumen AS, Tapi Ada Syaratnya

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Konsumen Tiongkok Bisa Menggantikan Konsumen AS, Tapi Ada Syaratnya

Eko Nordiansyah • 27 April 2025 16:56

Jakarta: Konsumen Tiongkok secara teori dapat menyerap dampak dari keruntuhan ekspor ke Amerika Serikat. Namun menurut analis di Capital Economics, hal itu hanya bisa dilakukan dengan dukungan pemerintah yang jauh lebih besar daripada yang tampaknya bersedia diberikan oleh para pembuat kebijakan saat ini.

"Penjualan ritel di Tiongkok lebih dari sepuluh kali lebih besar daripada ekspor negara tersebut ke AS," catat perusahaan tersebut kutip dari Investing.com, Minggu, 27 April 2025.

Para analis menunjukkan bahwa hanya diperlukan kenaikan konsumsi barang domestik sebesar empat persen selama dua tahun untuk mengimbangi kemungkinan pukulan sebesar RMB2 triliun dari tarif AS.

"Namun, ini akan mengharuskan pembuat kebijakan untuk meningkatkan transfer fiskal ke rumah tangga jauh melampaui apa yang telah mereka umumkan sejauh ini," tulis mereka lagi.
 

Baca juga: 

Dampak Tarif Trump Disebut Tak Bikin Ekonomi RI Ambruk



(Ilustrasi Tiongkok. Foto: Freepik)

Penjualan ritel naik

Penjualan ritel naik 5,9 persen year-on-year pada Maret, tertinggi dalam 14 bulan, tetapi Capital Economics memperingatkan bahwa kenaikan tersebut "sebagian besar" disebabkan oleh skema tukar tambah barang konsumsi.

"Meskipun dapat berdampak besar pada komposisi konsumsi, hal ini hanya meningkatkan daya belanja rumah tangga sebesar jumlah subsidi itu sendiri," kata perusahaan tersebut, menambahkan bahwa insentif tukar tambah sebesar RMB300 miliar tahun ini hanya berjumlah 0,2 persen dari PDB.

Perusahaan tersebut mencatat bahwa pertumbuhan pendapatan riil menurun pada kuartal pertama, dan tanpa transfer fiskal yang lebih besar, mereka melihat sedikit peluang untuk pemulihan.

Tabungan rumah tangga yang lebih rendah dapat memberikan jalan lain menuju konsumsi yang lebih kuat, tetapi itu akan membutuhkan "rumah tangga untuk menjadi lebih percaya diri tentang keuangan mereka," yang mungkin bergantung pada pemulihan harga rumah, menurut Capital Economics.

"Jika harga rumah tetap di bawah tekanan dan perang dagang membebani kepercayaan yang lebih luas, maka pemerintah harus meyakinkan rumah tangga untuk mengurangi tabungan pencegahan mereka," kata perusahaan tersebut.

Meskipun dukungan kebijakan lebih lanjut tetap mungkin, Capital Economics tetap skeptis bahwa rumah tangga Tiongkok akan diberi bantuan yang cukup untuk memungkinkan pengeluaran mereka sepenuhnya mengimbangi hilangnya permintaan AS.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)