Rusia Pastikan Tetap Patuhi Moratorium Nuklir, Siap Balas Jika AS Melanggar

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. (Anadolu Agency)

Rusia Pastikan Tetap Patuhi Moratorium Nuklir, Siap Balas Jika AS Melanggar

Willy Haryono • 10 November 2025 10:13

Moskow: Pemerintah Rusia menegaskan kembali bahwa Presiden Vladimir Putin tidak memerintahkan uji coba senjata nuklir baru dan tetap berkomitmen pada moratorium panjang yang melarang pengujian tersebut.

Pernyataan ini disampaikan Kremlin pada Minggu, 9 November, yang menegaskan bahwa Moskow akan mempertahankan larangan itu, namun siap bertindak jika Amerika Serikat (AS) memutuskan memulai kembali uji coba nuklir setelah tiga dekade jeda internasional.

Melansir dari India Today, Senin, 10 November 2025, klarifikasi ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan Pentagon untuk melanjutkan pengujian senjata nuklir “dengan dasar yang setara” dengan negara lain yang melakukannya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan Rusia akan terus menghormati komitmen internasional terkait larangan uji coba senjata nuklir, sambil menekankan pentingnya menjaga keseimbangan strategis global.

“Rusia akan mempertahankan moratorium uji coba senjata nuklir,” kata Peskov.

“Namun jika Amerika Serikat memutuskan untuk mengakhiri jeda internasional yang telah berlangsung tiga dekade, kami akan dipaksa merespons untuk menjaga paritas strategis dengan kekuatan nuklir lain," sambungnya.

Peskov menambahkan bahwa paritas nuklir menjadi “komponen paling penting dari arsitektur keamanan global saat ini.”

Sementara itu, Trump menulis di platform Truth Social bahwa Amerika memiliki lebih banyak senjata nuklir dibanding negara lain. “Ini dicapai selama masa jabatan pertama saya, termasuk pembaruan besar-besaran atas senjata yang ada. Saya membencinya, tapi tak punya pilihan,” tulisnya.

Moskow Tunggu Respons AS

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dalam wawancara dengan kantor berita RIA Novosti, mengatakan Moskow masih menunggu tanggapan resmi Washington terkait proposal Putin untuk mempertahankan pembekuan kuantitatif senjata strategis setelah berakhirnya perjanjian New START pada Februari tahun depan.

Lavrov menyebut belum ada jawaban substantif dari AS, hanya pernyataan bahwa proposal tersebut masih dipertimbangkan. “Kami tidak berusaha membujuk siapa pun. Kami percaya langkah ini demi kepentingan kedua belah pihak dan komunitas internasional,” ujarnya.

Perjanjian New Strategic Arms Reduction Treaty (New START) yang ditandatangani pada 2010 membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis AS dan Rusia masing-masing maksimal 1.550 unit, serta 700 peluncur strategis. Perjanjian ini sempat diperpanjang hingga 2026, namun proses verifikasi dihentikan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Rusia terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada 1990, sedangkan Amerika Serikat pada 1992.

Baca juga:  AS Tegaskan Uji Coba Nuklir Tahap Awal Tidak Libatkan Ledakan Aktif

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)