Kapal Patrol Iran di Selat Hormuz. [EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH]
Riza Aslam Khaeron • 23 June 2025 10:24
Washington DC: Setelah serangan udara Amerika Serikat yang menghantam tiga fasilitas nuklir utama milik Iran hari minggu kemarin, ketegangan meningkat di kawasan Teluk. Pemerintah AS meminta Tiongkok menggunakan pengaruhnya terhadap Teheran agar Iran tidak menutup Selat Hormuz sebagai aksi balasan, jalur laut vital yang mengalirkan sekitar 20% kebutuhan minyak dunia.
Melansir CNBC, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa Beijing memiliki kepentingan langsung untuk menjaga kelancaran transportasi energi. "Saya mendorong pemerintah Tiongkok di Beijing agar menelpon mereka, karena ekonomi mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk pasokan minyak," ujar Rubio, Washington, 22 Juni 2025.
Rubio memperingatkan bahwa langkah Iran menutup selat tersebut akan menjadi "bunuh diri ekonomi" bagi Teheran, mengingat sebagian besar ekspor minyak Iran juga melewati jalur sempit antara Iran dan Oman itu.
"Tindakan seperti itu akan memicu eskalasi besar yang tak hanya mengundang respons Amerika Serikat, tetapi juga negara?negara lain yang bergantung pada jalur pelayaran tersebut," katanya.
Menurut data Badan Informasi Energi AS, sedikitnya 20 juta barel minyak mentah per hari—setara 20% konsumsi global—melewati Selat Hormuz pada 2024. Konsultan energi Rapidan Energy dan Goldman Sachs memperkirakan harga minyak dunia bisa menembus US$100 per barel bila selat ditutup dalam waktu lama.
Sementara itu, analis JPMorgan menilai risiko Iran benar?benar menutup selat masih rendah karena hal itu akan dipandang Washington sebagai deklarasi perang.
Baca Juga: Parlemen Iran Perintahkan Penutupan Selat Hormuz yang Vital untuk Minyak Dunia |